Petani Keluhkan Pupuk Subsidi yang Susah Didapatkan

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Pupuk merupakan salah satu elemen dasar yang paling dibutuhkan oleh petani. Dengan bantuan pupuk yang tercukupi, tanaman milik petani akan tumbuh dengan baik dan menghasilkan panen yang optimal.

Salah satu petani di Dusun Tlogopule, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban mengungkapkan bahwa pupuk merupakan hal yang penting bagi petani, terlebih daerah Tlogopule merupakan lahan kering (tegalan) sehingga apabila tidak sedang musim penghujan dan tidak dibantu pupuk maka tanaman akan sulit tumbuh.

Lastip (40), salah satu petani di dusun tersebuut mengeluhkan bahwa saat ini untuk mendapatkan pupuk sangatlah sulit, padahal sedang memasuki musim tanam cabai sehingga sangat membutuhkan pupuk.

Ia mengatakan bahwa biasanya menggunakan pupuk urea atau phonska untuk tanaman cabainya sebab jika tidak menggunakan jenis tersebut tanaman cabai tidak bisa optimal. Saat ini harga pupuk urea bersubsidi mencapai Rp35.000, sedangkan phonska sebesar Rp195.000 per/karungnya.

“Iya harga segitu kalau ada barangnya, lha kadang mau beli sudah ada uangnya barangnya yang nggak ada. Katanya telat sampai bulan-bulanan, stoknya habis. Nggak tahu gimana kok gitu, wong tani kaya dibuat permainan,” keluhnya saat ditemui reporter blokTuban pada Senin (24/1/2022).

Ia melanjutkan, seharusnya pabrik pasti melakukan produksi pupuk terus-menerus karena pupuk adalah hal yang paling dibutuhkan petani, tetapi para petani bahkan masih kesulitan mendapatkan pupuk. 

“Seharusnya pabrik itu kan setiap hari pasti produksi, tapi nyatanya ya nggak sampai ke petani. Susah banget pupuk ini, udah bertahun-tahun begini padahal dulu dapat pupuk gampang,” lanjutnya.

Saat ini Lastip mengungkapkan bahwa harga cabai secara umum dari petani sebesar Rp25.000 saja perkilogramnya. 

“Umumnya kalau orang beli di petani segitu sekarang, dulu mahal ya sampai seratus lebih,” ujarnya.

Pria 40 tahun tersebut juga mengatakan bahwa peningkatan harga cabai di bulan-bulan sebelumnya karena stock yang sedikit, jika sedang banyak stock maka harganya juga akan murah. 

“Tapi sebenernya dari petani ya paling mentok Rp20.000-25.000. Soalnya kan udah lewat banyak tangan mungkin jadi sampai segitu harganya. Kalau dihitung sebenarnya ya rugi, tapi sudah pekerjaan dari dulu,” terangnya. [din/ono]