Batu Akik Bacan, Jenis yang Paling Diminati dan Paling Mahal

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Indonesia memiliki beragam jenis bebatuan yang unik dan berkualitas, sehingga seringkali diburu oleh kolektor batu akik. Salah satu jenis bebatuan lokal dari Indonesia yang paling ramai diminati adalah Batu Bacan.

Batu yang memiliki nama ilmiah krisokola ini bahkan disebut pula sebagai batu gioknya Indonesia. Batu bacan berasal dari daerah Timur Indonesia, yakni dari Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.

Shobri, penjual batu akik yang biasa menggelar lapak di Jalan Basuki Rahmad, tepat di seberang Warung Mak Tie mengungkapkan bahwa batu bacan memiliki harga yang sangat mahal, meskipun saat ini sudah lebih menurun dibandingkan saat akik sedang menjadi tren di Indonesia. 

“Batu ini per 3 onsnya, yang masih bongkahan itu aja sampai Rp 13 juta,” jelasnya.

Ia mengatakan bahwa batu bacan yang bentuk dan warnanya sudah mengkilap seperti kaca biasanya memiliki umur yang semakin tua karena batu lama kelamaan akan mengkristal dan menghasilkan warnanya yang semakin bagus pula. 

Untuk menemukan batu bacan juga sangat sulit, sehingga tak heran jika batuan tersebut memiliki nilai jual yang tinggi. 

“Batu seperti ini dapetnya dari dalem-dalem, bisa puluhan meter juga,” jelasnya.

Pria asal Demak, Jawa Tengah tersebut juga mengatakan bahwa harga batu akik dengan jenis bacan saat ini tidak semahal dahulu, untuk ukuran kecil harganya kisaran Rp 650 ribu. “Dulu nilai jualnya ukuran segini bisa di atas Rp 1,5 juta, kalau di luar malah bisa lebih tinggi, kemungkinan di atas Rp 2 juta bisa,” terangnya.

Dari segi perawatan, batu akik cukup mudah dirawat. Shobri mengatakan bahwa kebanyakan batu akik bisa tahan sampai tahun-tahunan, dan tidak akan teyeng karena embannya juga terbuat dari campuran logam kuninganan atau perak. 

“Kena air aman, perawatannya ya cuma digosok aja agar mengkilat. Asal jangan dibanting-banting, ini kan batuan ya semahal apapun bisa pecah kalau dibanting,” ungkapnya.

Shobri biasa membuka lapaknya di Jalan basuki Rahmad 3 kali seminggu, selain itu terkadang ia berjualan di Babat, Jatirogo, dan Kerek. Biasanya ia mulai berjualan pada pukul setengah sepuluh pagi, sampai jam dua siang. 

“Asal nggak hujan, kalau hujan ya terpaksa tutup lebih cepat, kalau mau ke sini lihat-lihat akik aja nggak papa, beli juga malah lebih nggak apa-apa,” ungkapnya. [din/ono]