Alasan Perahu Ijon-Ijon Lamongan Dikonotasikan Perahu Perempuan

 

Penulis: Aldi Fatna Mulya

bloktuban.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan mengupayakan perahu tradisional ijon-ijon diakui menjadi warisan budaya Nasional. Langkah ini diambil setelah sebelumnya, ritual Mendhak Sangring dari Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang, Lamongan ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional atau intangible cultural heritage pada (19/12/2021) lalu.

Lerahu tradisional Ijon-Ijon Lamongan bentuknya tak sama dengan perahu pada umumnya. Warga Desa Kandangsemangkon, Kecamatan Paciran, Lamongan mengklaim, perahu ini hanya dapat dijumpai di tempat mereka saja. 

Kepala Desa Kandangsemangkon, Agus Mulyono mengatakan, perahu tradisional Ijon-Ijon merupakan peninggalan sejak masa lampau.

"Kami sudah mematenkan perahu Ijon-Ijon di Balai Pelestarian Cagar Budaya, jadi tidak bisa diakui desa lain. Tidak bisa diakui oleh daerah lain, kecuali Lamongan dan Kandangsemangkon," kata Agus.

Sejarah perahu tradisional Ijon-Ijon yang berasal dari Desa Kandangsemangkon juga tertuang dalam sebuah buku karya Siti Munawaroh. Agus Mulyono menceritakan, proses pembuatan perahu tradisional Ijon-Ijon juga didapatkan warga Desa Kandangsemangkon secara turun-temurun dan otodidak.

Perahu tersebut memiliki fungsi tidak hanya untuk menangkap, namun juga menyimpan, menampung, mengangkut, hingga mengawetkan ikan hasil tangkapan. Oleh warga, perahu Ijon-Ijon dikonotasikan sebagai perahu wedok (perempuan) lantaran memiliki ciri tinggi tumpul. Selain itu, terdapat juga simbol topeng, mata, alis, sanggul, mahkota dan bunga, pada bagian bodi perahu.

"Setiap bagian kapal itu ada namanya masing-masing. Sesuai perkembangan zaman, dari semula hanya bisa buat perahu 2 sampai 3 GT (gross ton), kini warga sudah bisa buat sampai 30 GT," tutur Agus.

Perahu Ijon-Ijon masih tetap diproduksi dan mampu bertahan hingga kini di Desa Kandangsemangkon, karena lokasi galangan yang strategis berada di pinggir pesisir dan jalur Daendels, dengan ditopang tersedianya alat komunikasi dan listrik. Ada pula tukang pembuat perahu sebagai sumber daya manusianya.

Pembuatan galangan perahu tradisional ijon-ijon merupakan usaha normal.
Usaha ini adalah usaha personal yang keterampilannya diperoleh secara otodidak dan turun-temurun. Tahapan produksnyai juga berbeda dengan galangan di daerah lain, terutama cara pengontruksian lambung dan pemasangan gading-gading.

"Warga di sini itu sekitar 70 persen adalah nelayan, jadi banyak yang buat perahu Ijon-Ijon untuk dibuat sendiri. Kadang juga ada yang dipesan (dibeli) oleh nelayan desa lain di Kecamatan Paciran dan Brondong," bebernya.

Didukung Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi yang turut hadir dalam penutupan festival budaya mengaku, sangat bangga dengan warisan budaya perahu Ijon-Ijon. Yuhronur mengungkapkan, perahu tradisional ini telah diusulkan menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia ke jajaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek).

"Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini diumumkan, dan salah satunya Ijon-Ijon ini masuk. Jika besok diumumkan dan perahu ijon-ijon tidak masuk, maka akan terus kita usulkan lagi," tutup Yuhronur. [lis]

*Keterangan: penulis merupakan mahasiswa jurusan komunikasi Unirow Tuban yang magang di media blokTuban berkantor di Jalan Sunan Muria No 28 Kelurahan Latsari, Kecamatan/Kabupaten Tuban*.