Kenalkan Anak Sejak Dini Budidaya Padi Melalui Wisata Edukasi

 

Reporter: Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Perkembangan teknologi yang begitu pesat saat ini, membawa pengaruh terhadap mindset kaum milenial tentang sektor pertanian. Sekarang, banyak anak yang lebih tertarik bekerja di perusahaan dibandingkan menjadi seorang petani. Kebanyakan dari mereka beranggapan jika petani identik dengan kemiskinan. 

Kendati demikian, banyak orang tua yang menginginkan anaknya melanjutkan pekerjaan menjadi pengusaha di bidang pertanian. Dengan minimnya minat kaum milenial untuk terjun dibidang pertanian, maka akan berpengaruh juga terhadap hasil produktivitas pertanian. 

Oleh karena itu, pelu pengenalan sejak dini terhadap kebudayaan atau usaha pertanian agar dapat menarik minat anak, supaya nantinya kebudayaan-kebudayaan tersebut tidak hilang dikemudian hari dan dapat terus dilestarikan, Selasa (21/12/2021)

Salah satu cara yaitu dengan mengajak anak untuk belajar dan bermain di lahan pertanian, melalui wisata edukasi yang saat ini sudah banyak berkembang ditengah masyarakat. Salah satunya ialah Kampung Wisata Budaya Padi yang ada di Kabupaten Tuban Kecamatan/Desa Plumpang. 

"Nantinya wisata ini akan dikemas sebaik mungkin, serapi mungkin sehingga inti yang ingin kita capai yaitu budaya padi bisa terwujud,” ucap Bambang Budiono kepada blokTuban. 

Wisata yang baru diresmikan beberapa waktu yang lalu itu, nantinya akan memberikan nilai-nilai edukasi tentang budaya dan pertanian bagi para pengunjung yang datang dengan menawarkan beberapa paket harga di dalamnya.

“Untuk wisata sendiri kita berdasarkan paket. Jadi misalkan paket edukasi itu nanti kita buatkan harga khusus, terus paket untuk ke agrarisnya ke pertaniannya belajar dengan kearifan lokal tani disini kita juga siapkan paket itu,” ujarnya. 

Selain itu, Bambang mengatakan, pihaknya telah menyiapkan lahan khusus untuk digunakan para pengunjung atau peserta, untuk belajar menanam padi hingga memanennya. “Tarifnya belum kita tentukan, nanti kita harus berkoordinasi dengan banyak pihak karena ini terkait dengan kebutuhan yang ada di sini,” imbuhnya. 

Ikon atau lambang yang diusung oleh kampung wisata budaya padi sendiri bukan pada benda, melainkan pada budaya agraris yang melekat pada padi tersebut. 

“Seperti saat ini kita umbul dungo tandur, 50 hari lagi kita akan ada tingkepan padi, setelah itu ada wiwit, dan setelah panen kita ada kemah tunggak damen,” katanya

Nantinya budaya-budaya agraris yang melekat pada padi tersebut akan menjadi agenda bagi para masyarakat pada saat musim tanam tiba. “Agenda setiap musim tanam ada empat festival, lalu untuk agenda per tahunnya kita ada festival seni tikungan tajam itu untuk setahun sekali,” tutupnya. [sav/col]