Varian Omicron Jadi Variant of Concern, Tetap Jaga Prokes dan Terapkan 5M

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Pandemi Covid-19 yang dimulai di Indonesia sejak tahun 2020 lalu belum juga usai. Saat ini telah dikabarkan bahwa varian baru virus Covid-19 yaitu omicron sudah masuk ke Indonesia. Secara global, saat ini di Negara Eropa dan Amerika pandemi Covid-19 sudah memasuki glombang ke-4.

Ahli epidemiologi sekaligus direktur kedokteran tropis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D mengungkapkan pada tanggal 26 November World Health Organization (WHO) mengumumkan adanya varian baru, yakni omicron yang ditemukan di Afrika Selatan.

“Laporan pertama kali muncul tanggal 24 November, dan langsung dinyatakan sebagai variant of concern (VOCs) oleh WHO,” terangnya di podcast tropmed UGM, Jumat (17/12/2021).

Ia melanjutkan, variant merupakan hasil dari mutasi virus yang sebenarnya adalah hal normal, meskipun pada umumnya mutasi tersebut tidak memiliki dampak. 

“Pada suatu titik mutasi bisa jadi menyebabkan perubahan karakteristik dan perilaku suatu virus, entah bisa lebih cepat menyebar, meningkatkan keparahan penyakit, menembus imunitas, atau bahkan alat deteksi kita tidak bisa mengidentifikasi virus tersebut,” jelasnya.

Berdasarkan dampaknya, WHO membagi besaran dampak virus menjadi dua, yakni variant of interest (VOIs) dan variant of concern (VOCs). Variant of concern sendiri merupakan variant yang bisa mengubah epidemiologi sekaligus cara mengendalikan pandemi.

Varian omicron yang baru saja muncul kemarin, ditetapkan menjadi variant of concern karena data yang ditunjukkan di Afrika Selatan transmisinya yang diperkirakan lima kali lebih cepat dibanding varian delta. 

“Namun, apakah lebih cepat transmisi berarti lebih parah? Nah itu masih perlu dilakukan pengamatan,” paparnya.

Secara umum menurut dokter yang pertama kali mengidentifikasi varian omicron, beberapa anak muda memiliki gejala yang lebih ringan. 

“Tapi kalau peningkatan penularan yang cepat itu, bisa jadi meskipun lebih ringan, akan ada beberapa orang yang bisa menjadi parah. Observasinya masih terbatas, sehingga kita masih perlu melihat banyak data,” ungkapnya.

Karakteristik lain yang menyebabkan varian omicron menjadi variant of concern karena varian tersebut dianggap mampu mengatasi imunitas yang disebabkan oleh vaksin. “Tercatat di Afrika Selatan, pasien yang ada di sana meskipun sudah vaksin tetap bisa tertular,” jelasnya.

Direktur kedokteran tropis UGM tersebut kembali melanjutkan bahwa sebenarnya seberapa tinggi penularan, selama mode penularannya masih sama, maka cara pencegahannya juga masih sama. 

“Jadi itu tidak menyebabkan kita harus khawatir. Apa yang harus dilakukan untuk mencegah omicron ini masih sama dengan varian lainnya,” paparnya.

Seperti yang diketahui, bahwa omicron dianggap mampu mengatasi imunitas tetapi dibutuhkannya vaksin booster atau tidak masih perlu untuk dikaji lagi karena kaitannya dengan tingkat keparahan. 

“Sebenarnya, yang lebih urgent sekarang bukan vaksin booster, melainkan memastikan peningkatan cakupan vaksinasi dua dosis harus jauh lebih baik. Bagaimanapun itu tetap memberikan proteksi pada level tertentu,” bebernya.

Ia mengajak untuk tetap jaga prokes, lakukan vaksinasi dan terapkan 5M, yakni memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobiltas, dan menjauhi kerumunan.

“Intinya kan menjaga diri sebaik mungkin agar virusnya tidak masuk ke saluran pernapasan. 5 M masih sangat efektif untuk mencegah virus tersebut. Nah, kalau seandainya masuk, dengan adanya lapisan vaksin, maka akan mengurangi kemungkinan kita menjadi sakit,” tutupnya. [din/ono]