Kiprah Kelompok Tani dalam Usaha Pertanian Padi di Desa Bandungrejo

Reporter : Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Kelompok tani merupakan suatu wadah yang menaungi para petani guna bertukar pikiran dan bekerja sama dengan tujuan untuk mengembangkan usaha pertanian di satu desa tertentu.

Hampir seluruh desa yang sebagian besar penduduknya petani, memiliki Kelompok Tani atau yang biasa dikenal sebagai Poktan, tak terkecuali di Desa Bandungrejo, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban.

Di desa tersebut ada sekitar tiga poktan yang bertugas dan masing-masing dari setiap poktan terdiri dari tiga orang pengurus.

“Programnya seperti ada pola tanam terus jadwal pertanian, saat ini masing-masing Poktan ada tiga pengurus, kalau Gapoktan berarti ada sembilan orang yang mengurusi,” ujar Ali Maskuri, Ketua Poktan Bandungrejo saat ditemui blokTuban.com pada Sabtu (13/11/2021).

Dalam melakoni usaha pertanian, kiprah dari Poktan memang sangat penting dalam membantu proses penanaman padi para petani.

Pasalnya Poktanlah yang bertugas untuk melihat kalender pertanian yang dikirim oleh pusat, pola tanam petani, obat, simpan pinjam, sosialisasi pertanian, hingga mengurus pupuk yang saat ini sedang langka.

“Jadwal pertanian misalnya kalau tanam tanggal ini nanti bisa kena sundep, kalau tanggal ini waktunya penerbangan kaper, waktu-waktunya ini ada sendiri,” jelasnya.

Ada sekitar 200 petani yang tergabung menjadi anggota Poktan di Bandungrejo, biasanya mereka mengadakan pertemuan setidaknya enam bulan sekali guna diadakan sosialisi terhadap sistem pertanian ataupun obat-obatan yang baik digunakan untuk padi.

“Kalau pertemuan sama Gapoktan sering minimal sebulan sekali, kadang satu minggu berturut-turut tapi kalau sama anggotanya biasanya pertemuannya permusim ada sosialisasi obat-obatan pertanian dari swasta,” tuturnya.

Dalam Poktan tersebut terdapat program simpan pinjam bagi para petani sendiri, biasanya para petani yang meminjam uang akan dikenakan bunga sebesar Rp 100 ribu setiap peminjaman uang Rp 1 juta.

Pinjaman yang diberikan tersebut diberikan dalam kurun waktu enam bulan, setelah para petani panen maka ia harus membayar uang yang telah dipinjam tersebut beserta bunga yang telah ditentukan didalamnya.

“Pembagian hasilnya 40 persen ke karyawan, 60 persen masuk di gapoktannya,” sambungnya.

Uang yang masuk ke Gapoktan sendiri digunakan untuk membiayai acara sosialisasi perihal sistem-sistem yang harus dilakukan untuk pertanian.
Kedepannya Ali berharap agar pupuk untuk para petani mudah didapatkan, mengingat pupuk yang saat ini sedang langka keberedannya.

“Kadang ngirim pada waktu kita nggak butuh, kalau nahan pupuk biayanya yang nggak kuat,” tutupnya. [sav/sas]