Empat Legenda Terkenal di Desa Plumpang, Ada Cara Mencegah Pasangan Terpikat Lawan Jenis

Penulis: Fina Lailatul Fadhilah

blokTuban.com – Setiap daerah pasti mempunyai cerita legenda dimasa lampau, termasuk Kabupaten Tuban. Salah satunya di Desa/Kecamatan Plumpang. Konon, asal mula nama Desa Plumpang ini dari kata “Alu” dan “Lumpang” yang merupakan alat untuk menumbuk padi yang terbuat dari kayu.

“Alu” dan “Lumpang” ini bisa membawa keberuntungan dan juga bisa membawa musibah. Masyarakat dahulu percaya jika Alu tersebut mengahap ke Timur maka padi di Desa Plumpang bisa keluar semua atau bisa diartikan panen padi melimpah.

“Sebaliknya jika “Alu” tersebut menghadap ke utara maka hasil panen akan sedikit atau bisa dikatakan gagal panen,” ucap Rupinah (80) salah satu warga Desa Plumpangsaat ditemui pada Selasa (2/11/2021).

Orang dahulu juga percaya kalau ada katak Bende yang tempatnya di embong, maka padi akan melimpah di desa tersebut. Di Desa Plumpang ada juga Sumur Kulon atau biasa disebut masyarakat Mur Kulon yang konon katanya pada zaman dahulu dipakai masyarakat untuk bersemedi dan mencari ilmu dalam artian kesaktian, selain itu tempat ini juga dijadikan masyarakat dahulu nuntuk mencari nomor/togel.

Tak hanya masyarakat sekitar yang datang ke sumur tersebut, tetapi masyarakat dari jauh juga datang kesini untuk tujuan yang sama. Untuk mendapatkan kesaktian masyarakat zaman dahulu melakukan puasa setiap hari senin dan kamis selama empat minggu di Sumur Kulon.

Cerita warga juga menyebutkan ada salah satu cara untuk membuat suami tidak mendekati wanita lain caranya dengan menggoreng beberapa bahan yaitu besi, kerikil, jarum, terong, pecahan kaca, dan bahan lain sampai ada 14 macam.

Setelah bahan digoreng, bahan tersebut ditiup sebanyak sepuluh kali dan di sebelah kanan ada lampu ublik. Hal itu bertujuan agar suami yang hendak mendekati wanita lain tidak jadi.

“Wesi, kerikil, terus ono dom, terong, beling reno 14 terus di goreng di wajan panas, Bar digoreng kene ono dilah ublik terus disebul ping 10 supoyo bojo nek ape merek wong wedok ora sido (Besi, kerikil/batu kecil, terus ada jarum, sayur terong, pecahan kaca 14 macam digoreng di tempat penggorengan yang panas, selesai digoreng ada lampu minyak terus ditiup 10 kali agar suami saat akan mendekat ke wanita lain tidak jadi),” jelas Rupinah.

Masyarakat dahulu juga percaya jika ada orang hilang dicuri makhluk halus mereka akan mencari dengan menggunakan Gong. Gong adalah salah satu alat musik yang cara memainkannya dengan cara dipukul.

Zaman dahulu masyarakat menggunakan gong untuk mencari orang hilang dengan cara gong diletakan di barongan (rumpun bambu) dan dipukul berkali-kali. Tak lama setelah gong dipukul konon diyakini makhluk halus di sekitar akan muncul dan orang yang hilang akan ketemu.

”Dicari dengan gong nung, nung, nung gong ditaruh di atas barongan, do teko nduk (makhluk halus) dan orangnya ketemu yang hilang,” tutupnya. [fina/mu]

*Penulis adalah Mahasiswi Magang, dan sekarang masih Semester 3 Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Unirow Tuban*