Untung Jutaan Rupiah dari Usaha Keripik Tempe

Reporter : Savira Wahda Sofayana

blokTuban.com – Tempe, siapa sih yang nggak kenal makanan bergizi satu ini, rasanya seluruh masyarakat Indonesia mengetahuinya. Selain rasanya yang lezat tempe juga mengandung banyak nutrisi.

Di zaman yang sudah modern saat ini, makanan berbahan dasar kedelai itu mampu dijadikan peluang usaha yang cukup menjanjikan. Peluang bisnis keripik tempe memiliki potensi yang sangat menguntungkan jika dibandingkan dengan usaha bisnis yang lainnya. Dewi (37) pelaku usaha keripik tempe asal Desa Ngrayung, Kecamatan Plumpang ini misalnya.

Ia memulai usaha keripik tempe tersebut sejak tahun 2015 dengan dibantu oleh suaminya dan bertahan hingga saat ini. Berbekal dari ilmu yang ia peroleh dari Youtube, Dewi mulai melakukan percobaan berulang-ulang kali.

“Saya mulainya itu sekitar tahun 2015, pertama itu meraba-raba karena youtube nggak 100 persen bisa,” ucapnya saat ditemui blokTuban.com pada Sabtu (30/10/2021).

Awalnya keripik tempe Setya buatan Dewi tersebut dijajakan di pasar, namun karena ia merasa bahwa terlalu menguras banyak tenaga, akhirnya ia memutuskan untuk beralih dagang online.

“Saya dulu mikirnya sekarang kan apa-apa sudah online, jadi kenapa saya nggak coba jualan secara online aja kok alhamdulillah banyak yang pesan,” tuturnya.

Biasanya Dewi selalu mempromosikan keripik tempenya di akun sosial medianya berupa Facebook dan juga Whatssap, selain itu ia biasa menitipkan keripik-keripik miliknya ke toko- toko.

“Sekarang ini udah ada 4 toko yang saya isi, alhamdulillah ini cepat habisnya,” sambungnya.

Dewi mengaku modal pertama yang ia keluarkan untuk membuat keripik tempe sekisar Rp 16 ribu, modal tersebut bisa menghasilkan sekitar 2 kg adonan. Setiap harinya Dewi selalu meproduksi kerupuk tempe sebanyak 5 kg. Hal itu dilakukannya karena seringnya orderan yang masuk secara tiba-tiba dengan jumlah yang banyak.

“Saya selalu nyetok, soalnya kadang banyak orang-orang yang tiba-tiba pesan buat hajatan atau oleh-oleh keluarga seng (yang) berkunjung,” katanya.

Selain menjual keripik tempe, Dewi juga menjual berbagai jenis keripik lainnya seperti keripik pisang, keripik gadung, keripik telo ungu, kacang, hingga rengginang.

Untuk bisa terus bertahan hingga sekarang Dewi selalu berusaha untuk menjaga kualitas rasa agar tetap sama, selain itu berusaha agar harganya tetap stabil dipasaran. Kendala yang sering dialaminya ada pada minyak goreng yang harganya kian melonjak tinggi seperti saat ini.

Biasanya keripik tempenya dijualnya secara kemasan, ada berbagai macam kemasan yang ditawarkannya mulai dari 100 gram, 200 gram hingga 250 gram. Selain rasanya yang lezat, kripik tempe buatan Dewi ini sudah terjamin kualitasnya dikarenakan sudah terdaftar di P- IRT, dan dilakukan uji laboratorium.

Ibu dari dua orang anak tersebut juga biasa menerima pesanan untuk berbagai macam acara. Ttidak hanya secara kemasan biasanya ia juga menjual keripik-keripiknya tersebut secara kiloan. Keripik tempe buatannya itu mampu bertahan hingga 3 bulan lamanya, tanggal expiednya pun sudah tertera di dalam kemasannya.

“Harganya kalau yang 250 gram itu biasanya kita kasih harga Rp 12.500 per kemasan. Cuma orang di tokonya beda lagi macem-macem harganya, untuk yang sudah terdaftar di P-IRT itu keripik tempe sama keripik pisang, kemarin Dinkes juga meninjau langsung kesini, terdaftarnya sudah satu tahunan lalu,” imbuhnya.

Hingga saat ini perempuan ramah tersebut mengaku bahwa keuntungan yang ia dapatkan setiap bulannya berkisar Rp 2 juta. Ia berharap bahwa untuk ke depannya ia bisa membuka toko aneka jajanan sendiri. [sav/sas]