Ini Masterpiece  Empat Museum yang Dipamerkan di Tuban

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Pelaksanaan pameran bersama lima museum di Museum Kambang Putih Tuban yang berlokasi di Jl. R.A Kartini No.3, Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban berlangsung selama 5 hari mulai dari tanggal 2 Oktober hingga 6 Oktober 2021.

Pameran dari kegiatan dana alokasi khusus (DAK) Badan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Museum dan Taman Budaya tersebut pada tahun ini mengusung tema “Masterpiece Museum”. Selain Museum Kambang Putih yang memamerkan Kalpataru sebagai masterpiecenya, terdapat empat museum lain yang turut serta memamerkan masterpiece museum mereka.

Keempat museum tersebut antara lain Museum Bayt Al-Quran dan Museum Istiqlal Taman Mini Jakarta, Musuem Batik Pekalongan, Museum Airlangga Kediri, dan Museum Daerah Tulung Agung (Wajakensis).

Masterpiece dari Musuem Bayt Al-Quran dan Museum Istiqlal Taman Mini Jakarta adalah Mushaf Istiqlal. Mushaf tersebut dibuat pada tahun 1991-1995 atas inisiasi dari Presiden Seoharto. Mushaf Istiqlal merupakan salah satu mushaf dari dua mushaf di Indonesia yang memiliki iluminasi mushaf yang merepresentasikan 27 provinsi yang ada di Indonesia.

“Biasanya itu setiap daerah hanya memiliki satu iluminasi, contohnya kalau di museum kami ada Mushaf Jakarta, Mushaf sundawi, Mushaf jambi, dan sebagainya,” jelas Ida Fitriani selaku edukator Museum Bayt Alqur’an pada Senin (4/10/2021).

Ida juga menambahkan bahwa corak representatif 27 provinsi tersebut diambil dari ciri khas daerah, baik itu dari bentuk bangunan, tekstil, batik, dan lain sebagainya. Selain memiliki ciri khas iluminasi mushaf 27 provinsi, Mushaf Istiqlal juga merupakan salah satu mushaf yang penulisannya centering (rata tengah) dan setiap awal surat selalu berada di kanan halaman.

“Kalau kita lihat mushaf lain biasanya penulisan rata kiri kanan dan awal surat bisa nyambung saja di bawahnya,” terangnya.

Selanjutnya, masterpiece dari Museum Batik Pekalongan yang dipamerkan adalah batik Pancasila. Batik tersebut memang memiliki corak lambang pancasila. Batik pancasila dibuat pada tahun 2016 oleh karyawan museum sendiri untuk dipamerkan di hari kesaktian pancasila.

“Di Pekalongan setiap hari batik, selalu diadakan pameran sehingga bertepatan dengan itu maka batik pancasila ini bisa dipamerkan,” jelas Kurnia selaku edukator museum batik Pekalongan.

Selain batik pancasila, terdapat beberapa batik lain yang dipamerkan yaitu batik parang rusak, batik tiga negeri, batik buketan, dan batik Jawa hokokai pagi sore.

Museum Airlangga Kediri memiliki masterpiece jambangan batu. Jambangan batu sendiri memiliki panjang sekitar 1,7 meter yang besarnya hampir menyerupai bak mandi, sebab itu koleksi yang dipamerkan hanya arca Dewa Brahma, arca patung primitive, dan arca Dewi Parvati.

“Karena Jambangan Batu ini tidak memungkinkan dibawa, maka kami hanya memamerkan sebagian koleksi yang mudah dibawa saja, mengingat jarak dari Kediri-Tuban yang tidak dekat juga untuk meminimalisir risiko karena koleksinya asli,” terang Andi rahardi selaku edukator museum Airlangga.

Terakhir adalah masterpiece dari Museum Daerah Tulung Agung (Wajakensis) yaitu fosil tengkorak Wajakensis yang ditemukan di tahun 1889-1890 oleh Eugene Dubois di daerah Wajak-Besole, Tulung Agung selatan.

“Ini fosil tengkoraknya hanya replika, karena yang orisinil ada di Belanda,” terang Andi Kustian, edukator Museum Wajakensis.

Selain fosil tengkorak tersebut, juga dipamerkan replika dari manusia pra sejarah wajakensis dan koleksi arkeologi peninggalan masa klasik. “Sebenarnya replika manusia wajakensis ini juga masih menduga-duga karena bukan temuan asli seperti di Trinil atau Sangiran, namun ini dulu usulan Budayawan Tulung Agung untuk membuatkan seluruh tubuh dari manusia Wajakensis agar setidaknya mengetahui gambarannya seperti apa,” tutup Andi. [dina/ono]