Pembangunan Stasiun Kereta Api di Kilang Tuban Sedang Dikaji

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Seiring dengan kian dekatnya tahapan konstruksi proyek kilang  Grass Root Refinery (GRR) Tuban, PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (Pertamina Rosneft) menggandeng PT Kereta Api Indonesia (KAI) merevitalisasi jalur kereta zaman Belanda, guna mendukung konektivitas kilang GRR Tuban dengan sentra-sentra industri pengguna petrokimia di Pulau Jawa, Kamis (23/9/2021).

Saat ini, proyek GRR Tuban yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) memasuki tahapan pra-konstruksi berupa penyusunan desain teknis (Front-End Engineering Design/FEED) sebelum memasuki tahapan konstruksi yang diperkirakan dimulai secepat-cepatnya pada tahun depan.

Perseroan memerlukan dukungan infrastruktur penunjang berupa rel kereta untuk mengangkut peralatan dan bahan baku megakonstruksi kilang terbesar se-Asia Tenggara tersebut. Ke depannya, infrastruktur yang sama juga diperlukan untuk mengirim produk BBM dan petrokimia dari kilang terbesar se-Asia Tenggara tersebut.

Direktur Utama Pertamina Rosneft Kadek Ambara Jaya mengatakan proyek GRR Tuban ditargetkan beroperasi pada tahun 2027 untuk memasok BBM dan bahan baku petrokimia, yang dinilai vital untuk mewujudkan ketahanan energi dan kemandirian industri nasional.

“Untuk memaksimalkan peran strategisnya, kilang GRR Tuban perlu membangun infrastruktur penunjang guna memperlancar pengiriman produk petrokimia dari kilang GRR Tuban ke sentra industri di Banten, Jawa Barat, maupun Jawa Timur. Keberadaan infrastruktur transportasi ini juga seyogyanya bisa dimanfaatkan masyarakat sebagai alternatif moda transportasi sehingga mengurangi beban lalu-lintas darat di jalur Pantura,” tutur Djoko.

Pertamina Rosneft selaku pelaksana proyek GRR Tuban mengelola lahan seluas 834 hektare yang merupakan terbesar di Asia Tenggara. Perseroan bersama dengan KAI bermaksud untuk menjajaki kajian bersama pembangunan stasiun kereta api di Tuban dan jalur penghubung ke Stasiun Merakurak, sembari melihat potensi reaktivasi kembali jalur kereta api yang saat ini berstatus non aktif yakni Jalur Merakurak–Babat yang merupakan jalur kereta bersejarah karena berusia satu abad.

Dibangun di era Hindia Belanda, jalur kereta itu diresmikan pada 1 Agustus 1920 oleh perusahaan Belanda Nederlandsch-Indisched Spoorweg Maatschappij, tetapi dinonaktifkan oleh Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada tahun 1990. Namun berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 80 tahun 2019, jalur kereta ini direncanakan akan diaktifkan lagi guna mendukung pemerataan dan percepatan pembangunan di area Gerbangkertosusila (Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo–Lamongan).

“Kami ingin membangkitkan jalur Merakurak-Babat dan mengembangkannya agar bernilai ekonomis. Tidak hanya bagi GRR Tuban dan industri petrokimia nasional, melainkan juga bagi masyarakat Tuban karena akan menyediakan layanan kereta penumpang,” tutur Kadek.

Untuk mewujudkan rencana tersebut, Pertamina Rosneft telah menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan PT KAI tentang ‘Rencana Kerja Sama Penyediaan Jasa Angkutan Menggunakan Kereta Api dari Proyek Grass Root Refinery Tuban Menuju Stasiun Unloading.’ Kedua belah pihak sepakat mengkaji penyediaan jalur kereta api dari dan ke lokasi proyek GRR Tuban sepanjang kurang lebih 49 kilometer dengan rute Stasiun Babat, Tuban, Merakurak, dan Jenu.

MoU tersebut akan berlaku selama 1 tahun dan kedua belah pihak sepakat melakukan kajian atas delapan hal: pembangunan stasiun di GRR Tuban yang terhubung ke Merakurak, reaktivasi jalur kereta Merakurak-Babat; pembangunan stasiun kereta di proyek GRR Tuban; pembangunan stasiun bongkar-muat komersial; kajian perkiraan jumlah, jenis, dan tujuan komoditas yang diangkut per tahun; kajian jumlah, jenis, dan kapasitas armada yang akan digunakan; kajian perizinan dan kelembagaan; serta kajian transit oriented development (TOD) yang merupakan proyek properti komersial di sekitar stasiun.

Sinergi kedua perusahaan tersebut mendapat dukungan penuh pemerintah dan difasilitasi Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Nota Kesepahaman telah ditandatangani di Kantor Kementerian Investasi/BKPM Jakarta pada Senin (30/8/2021) oleh Presiden Direktur Pertamina Rosneft Kadek Ambara Jaya yang didampingi Direktur Keuangan dan Umum Pavel Vagero, dan Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo.

Bertindak sebagai saksi, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Imam Soejoedi menyambut baik dimulainya kerja-sama kedua belah pihak tersebut, dan menyatakan komitmennya untuk mengawal dan memfasilitasi investasi terkait PSN Pembangunan Kilang Minyak dan Petrokimia di Tuban ini.

“Proyek GRR Tuban merupakan PSN yang menjadi salah satu proyek yang ditunggu-tunggu Presiden RI Jokowi. Proyek luar biasa ini sangat strategis, karena merupakan proyek “green field”. Mungkin 5 tahun terakhir kita sering mendengar arahan Presiden untuk peningkatan lifting minyak dan kemandirian industri petrokimia. Demand semakin tinggi, sedangkan supply turun. Akhirnya kita menjadi net importer,” tutur Imam dalam sambutan di acara penandatanganan Nota Kesepahaman.

Pertamina Rosneft merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Pertamina Group dengan raksasa energi Rosneft asal Rusia yang menjadi pelaksana proyek strategis nasional GRR Tuban. Berdiri di atas lahan seluas 834 hektare, kilang yang diharapkan menjadi fasilitas petrokimia terbesar di Asia Tenggara ini ditargetkan beroperasi tahun 2027 dan menyerap kurang lebih 27.000 tenaga kerja pada saat konstruksi, serta 2.500 tenaga kerja setelah proyek beroperasi. [ali/sas]