Uluran Tangan Pertamina Cegah UMKM Terpuruk di Tengah Badai Pandemi

Reporter : Sri Wiyono

blokTuban.com – Hampir dua tahun sejak awal 2020 lalu, pandemic Covid-19 menghamtam semua sendi kehidupan. Muaranya, pada keterpurukan ekonomi. Banyak usaha yang gulung tikar. Yang masih bertahan pun seperti hidup segan mati tak mau. Kembang kempis !

Namun, kepedulian Pertamina seolah membawa nafas baru pada pelaku UMKM. Melalui perhelatan Pertamina UMKM Academy 2020 : Fast Track menyisakan banyak kisah sukses bagi para lulusannya. 

Selain menjadi UMKM yang naik kelas, banyak dampak positif yang dirasakan para UMKM tersebut. Mulai dari peningkatan omzet, kapasitas usaha, hingga perluasan jangkauan pemasaran.

Usaha mebel

Contoh pelaku UMKM yang beruntung mengikuti salah satu program unggulan Program Kemitraan Pertamina tersebut adalah Taufiq El Rahman. Pemilik UMKM Mebel Anugrah Jepara Exclusive ini banyak melakukan transformasi usaha usai mengikuti program tersebut.  Terutama dalam hal pemasaran secara digital.

“Saat ini saya memiliki media digital blog, Google Business, dua akun media sosial, dan empat  akun marketplace,” tuturnya.

Dengan banyaknya media digital yang dibuat, Taufiq berharap jangkauan pemasaran produknya makin meluas. Saat ini, produk mebel yang diproduksi di Dusun Tulungrejo, Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, Jawa Timur ini telah menjangkau beberapa kota di Jawa Timur. Seperti Madiun, Malang, Sidoarjo hingga luar Jawa, misalnya Makasar, Samarinda dan Balikpapan.

Pada awal memulai usaha tahun 2007 silam, Taufiq hanya membuat produk berdasarkan pesanan saja. Padahal, produknya banyak disukai orang.

Dengan menjadi binaan Pertamina, ia pun akhirnya mampu memenuhi banyaknya permintaan tersebut. Hingga berimbas pada meningkatnya omzet yang didapatkan.

“Omzet naik secara drastis dari Rp 15 juta per bulan menjadi Rp 50 – Rp 60 juta per bulan,” ungkapnya.

Perputaran modal yang sangat cepat ini memberikan keuntungan lebih besar bagi usahanya. Tentunya hal ini diimbangi pemberdayaan ekonomi warga sekitar dengan banyaknya karyawan lokal yang direkrut.

Selain di Kediri, Taufiq juga memiliki workshop di Desa Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dengan mempekerjakan 24 karyawan. Hal ini menjadi salah satu upaya dalam pengimplementasian ESG di bidang sosial.

Selain memberikan modal usaha dan pendampingan, Pertamina juga mensupport Taufiq untuk mengikuti beberapa pameran berskala Nasional di Surabaya dan Jakarta.

Di antaranya event Jatim Fair, Inacraft, Crafina, JICC dan Indo Building Tech. Melalui pameran-pameran tersebut, pangsa pasarnya pun makin meluas dan lebih dikenal secara nasional.

Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto menambahkan, Pertamina akan mendukung pengembangan produk-produk lokal seperti yang dilakukan Taufiq.

UMKM tersebut akan terus dikembangkan dengan skema pembinaan Go Digital, Go Modern, Go Online, hingga Go Global.

Lestarikan batik

Beragam bentuk pembinaan diberikan PT Pertamina (Persero) melalui Program Kemitraan untuk mendukung UMKM binaan naik kelas. Salah satunya dengan pendampingan agar para mitra binaan dapat menerapkan inovasi berbeda terhadap produknya. Sehingga makin dilirik orang dan membuat usaha yang dijalani lebih berkembang dan naik kelas.

Hasil pendampingan itu telah dirasakan oleh salah satu UMKM binaan Pertamina Arif Anita Kusumawati yang bergerak di bidang batik.

Pemilik UMKM Anita Art & Collection ini telah melakukan sejumlah inovasi pada usahanya. Berbekal kemampuannya dalam menggambar pola batik, Anita mulai menuangkan idenya menjadi beberapa karya yang menarik.

“Saya sangat suka dengan perabotan rumah tangga. Jadi, selain membatik dengan media kain, saya juga bikin kayu batik untuk menghias rumah,” ceritanya.

Karya seni batik kayu yang diciptakannya itu, antara lain, rono ukir, cermin, hiasan dinding, hiasan meja, dan kotak tisu. Seluruhnya dikerjakan di tempat tinggalnya di Taman Permata Indah, Jalan Raya Kalijaten, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Modal awal yang dikeluarkan Anita untuk memulai bisnis tersebut hanya Rp500 ribu. Uang itu disisihkannya dari hasil mengajar les anak-anak. Dengan uang tersebut, dia membuka bisnis di rumahnya di kawasan Jalan Sepanjang, Taman, Sidoarjo.

“Semuanya saya kerjakan secara otodidak,” kata Anita.

Justru, pelanggan pertamanya adalah orang Jepang. Kemungkinan karena suka, orang Jepang itu bercerita kepada rekan-rekannya. Dari sana, permintaan terus berdatangan.

Anita menuturkan, banyak konsumennya justru dari orang-orang asing yang bekerja di Indonesia ataupun para ekspatriat.

Hal itu memudahkan langkahnya untuk mengembangkan bisnis. Pada tahun 2003, dia diundang ke Jepang oleh pengusaha kimono. Semenjak itulah, pesanan dan permintaan produk batiknya mengalir deras ke pasaran.

Tidak hanya warga secara individu saja yang tertarik dengan produk karya Anita. Banyak hotel berbintang terutama di Surabaya yang memakai produknya sebagai perabot hotel.

Selain menguntungkan secara langsung, hal itu juga jadi media pemasaran pada pengunjung hotel. Berkat kerja kerasnya itu, ia mampu mendapatkan omzet sekitar Rp 20 juta hingga 50 juta per bulan.

Puluhan tahun menyelami dunia seni batik membuat orientasi Anita tidak lagi semata-mata mengejar keuntungan. Dia ingin berkarya sambil mengajarkan batik kepada masyarakat luas.

’’Di rumah, saya bikin workshop karena memang suka mengajar. Apalagi, kepada anak-anak yang belajar membatik,’’ katanya.

Upaya ini menjadi salah satu penerapan Environmental Social, and Governance (ESG) di bidang sosial.

Pertamina mendukung inovasi seperti yang dilakukan Anita. Para UMKM harus terus berlomba menghasilkan produk yang tidak hanya bagus melainkan juga berbeda, agar lebih dilirik pelanggan.

Olah bahan limbah

Di tangan yang seseorang yang kreatif dan banyak ide, barang sepele dan tidak dilirik orang bisa menjadi barang berkelas dan diminati. Terlebih, ada pendampingan dari pihak yang kompeten dan peduli.

Itulah yang dilakukan Pertamina. Program kemitraan perusahaan ini menyasar hampir semua sektor usaha untuk diberdayakan menjadi mitra binaan.

Melalui Kemiraan Pertamina banyak usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) naik kelas. Mereka dibina hingga mampu menghasilkan produk atau jasa dengan roadmap yang awalnya bersifat tradisional.

Dampingan itu menjadikan UMKM lebih bergengsi, naik ke tahapan Go Modern, Go Digital, Go Online, hingga mendunia dan mampu menembus pasar global.

Seperti usaha yang dijalani Tatik Nurhayati ini misalnya. Meski mengandalkan karung goni sebagai bahan dasar menciptakan produknya, ia tidak ingin karyanya terlihat tradisional dan ketinggalan zaman.

Terlebih setelah Pertamina hadir untuk memberi pendampingan terkait usahanya.

“Banyak sekali mendapat masukan baik dari segi kualitas bahan maupun motifnya agar lebih kekinian dan berkelas,” ujar pemilik UMKM Rose Tulip ini.

Alhasil, semenjak menjadi mitra binaan Pertamina pada tahun 2017 lalu, usahanya diakui makin berkembang. Baik dari segi volume produksi maupun penjualan yang lebih heterogen untuk semua kalangan.

Beragam bentuk produk diciptakannya. Di antaranya, tas dan dompet. Aksesori tersebut diberi motif alam seperti dedaunan, bunga, dan kayu-kayuan.

Sebelumnya, Tatik merupakan karyawan di sebuah perusahaan. Namun, dia memilih mengundurkan diri dan memulai peruntungan di dunia usaha.

Usaha pertamanya pada saat itu adalah properti dekorasi rumah yang didominasi motif-motif alam dan berdesain vintage. Seiring dengan berjalannya waktu, Tatik pun merambah hingga memanfaatkan karung goni ini.

Kesuksesan usahanya pun berdampak pada orang-orang di sekitar rumahnya di Jalan Wonosari Kidul Surabaya.

Kini dia dibantu 3 orang untuk memproduksi banyaknya pesanan yang mengalir. Mereka adalah para tetangga dan ibu rumah tangga yang dipekerjakan agar mendapat tambahan pemasukan ekonomi bagi keluarganya. Hal ini menjadi salah satu implementasi ESG dibidang sosial.

Pemasaran produknya kini sudah menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia. Terlebih setelah ia mendapatkan sejumlah tips dan trik berjualan di media sosial dari Pertamina.

Ia langsung mengaplikasikan dan segera merasakan dampaknya. Hingga kini ia mampu meraup omzet lebih dari Rp 10 juta tiap bulannya.

“Bagi yang penasaran bentuk produk kami bisa dilihat pada media sosial @kreasigonisurabaya,” tuturnya.

Sementara, Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto mengatakan Pertamina selalu mendukung pengembangan produk unik dan kreatif seperti yang dilakukan Tatik.

UMKM tersebut akan terus dikembangkan dengan skema pembinaan Go Digital, Go Modern, Go Online, hingga Go Global.

“Kami optimistis para binaan akan mampu diajak berkembang dan naik kelas. Serta menerapkan SGGs point 8 dengan membantu orang di sekitarnya dan mendukung pertumbuhan ekonomi,’’ katanya kala itu.

Start up

Kalangan muda juag menjadi Perhatian Pertamina. Salah satunya mendukung perkembangan startup di kalangan generasi muda Indonesia melalui ajang “Pertamuda atau Pertamina Muda –  Seed & Scale Up”.

Minat yang tinggi dalam dunia startup mendorong seluruh kampus di Indonesia melengkapi diri dengan lembaga inkubasi bisnis bagi mahasiswanya. Sehingga dalam program pembinaan kewirausahaan anak muda ini, Pertamina mengkolaborasikan kampus dengan dunia industri.

“Pertamina sebagai BUMN menjalankan amanah selama ini, bukan hanya meningkatkan kinerja bisnis dan mencari keuntungan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat saja. Tapi juga harus dorong terbentuknya pengembangan bisnis baru yang sifatnya perintis dan pengembangan sektor bisnis skala UMKM,” ujar Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina dalam peluncuran Pertamuda di Denpasar, Bali.

Pada acara tersebut, Nicke juga memotivasi kalangan muda berkompetisi untuk menggali kreativitas, inovasi dan ide terbaik untuk bisnis sektor energi.

Menurutnya, sektor energi dan lainnya di dunia mengalami transisi yang sangat cepat. Bukan hanya jenis energinya, tetapi juga mekanisme dan pola kerjasamanya, stakeholder manajemen serta supply chain harus dilakukan transformasi.

“Ayo tunjukan kecintaan pada Indonesia. Karena kita harus lakukan transisi energi. Kita perlu cara baru, inovasi baru dan ide brilian dari anak-anak muda,” imbuh Nicke.

Ajang Pertamuda mempertemukan ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri seluruh Indonesia yang memiliki ide-ide atau gagasan bisnis. Pertamina telah mengajak 33 kampus di Indonesia untuk melibatkan mahasiswanya dalam ajang ini.

Diharapkan generasi terbaik bangsa ini, yaitu  mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia mengikuti dan kemudian dikurasi menjadi 50 terbaik, untuk kemudian di kompetisikan secara offline di Bali bertajuk “Demoday Pertamuda 2021”.

Tiga terbaik akan mendapatkan modal usaha menjalankan ide bisnisnya masing-masing Rp 100 juta. Pasca “Demoday Pertamuda 2021”, 50 peserta akan dilakukan monitoring selama 10 bulan untuk memantau perkembangan gagasan bisnisnya.

Bagi yang tertarik mengetahui informasi lebih lanjut mengenai program ini dan ingin mendaftar sebagai peserta dapat mengakses www.pertamuda.id

Kick Off Webinar Pertamuda 2021 menghadirkan sejumlah narasumber diantaranya Christian Sugiono (Co-Founder & CEO cumi.id), Dian Onno (Social Innovation Activist), Arto Biantoro (CEO & Founder Gambaran Brand) dan Leonard Theosabrata (Direktur Utama SMESCO).[ono]