Jaga Kualitas dan Rasa, Bisnis Bakery dan Katering Jafana Beromset Puluhan Juta

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com – Sepintas dari depan memang tidak terlihat ramai pelanggan di rumah Siti Kholifah (30). Jangan salah setelah anda memasuki rumahnya, akan terlihat puluhan hingga ratusan kue beragam varian siap kirim.

Rumah Kholifah kini menjadi pusat produksi bakery dan katering Jafana terletak di Desa Sugihan, Kecamatan Merakurak, Tuban. Dari depan tidak nampak plang nama Jafana, yang terpasang hanya selembar banner program binaan CSR PT. Semen Indonesia pabrik Tuban.

Berawal dari otodidak, Kholifah ketika masih single memulai bisnisnya dengan mengikuti pelatihan kue donat dari perusahaan semen BUMN pada tahun 2015. Waktu itu, tidak banyak yang dipikirkan oleh seorang ibu rumah tangga di desanya.

Dari pelatihan tersebut, berbekal dengan hobi memasak beraneka kue seperti bikang, dan pukis dibuatnya. Ternyata hasilnya bagus dan rasanya enak, sehingga uji coba terus berlanjut. Resep-resep kue Jafana adalah hasil dari browsing di internet, kemudian dimodifikasi sesuai pesanan.

Pesanan yang datang tidak hanya kue, tapi juga katering hajatan, ulang tahun, hingga acara kematian. Dengan semakin banyaknya orderan, Kholifah bersama timnya terus belajar dan berupaya tidak mengecewakan pelanggannya.

Saat pandemi Covid-19 mewabah, bisnis bakery dan katering Jafana dapat dikatakan tidak terdampak. Salah satu rahasianya, karena acara hajatan di desa-desa masih terus berjalan.

“Saat pandemi pernah satu hari kami mendapat omset Rp40 juta lebih,” ucap Kholifah kepada reporter blokTuban.com, Sabtu (4/9/2021).

Selain dari Desa Sugihan, pelanggan bakery dan katering Jafana juga datang dari Kecamatan Bancar, Palang, Kerek, Jenu, Tuban Kota, bahkan Sulawesi untuk acara lamaran.

Dengan memiliki 12 orang karyawan yang diberdayakan, Kholifah jarang menolak jenis pesanan pelanggannya. Semua kebutuhan makanan untuk lamaran, pernikahan, aqiqoh, hingga tujuh bulanan pernah dilayaninya.

Tak jarang, timnya sering kuwalahan karena orderan datang tiada henti. Sehingga kue yang diproduksinya berdasarkan pesanan, dan belum pernah menjual tanpa ada pesanan.

“Tim Jafana jarang libur karena terus ada pesanan. Kami lebih mengoptimalkan promosi di sosial media,” ungkap ibu beranak satu itu.

Sebagai binaan perusahaan semen, SI juga terkadang memesan makanan di Jafana untuk acara yang berhubungan dengan Forum Masyarakat Kokoh (FMK) maupun Corporate Social Responsibility (CSR) lainnya. Bantuan modal dari perusahaan pada tahun 2020, dirupakan mesin oven dan kukus untuk menunjang keberlangsungan bisnisnya.

Bagi Kholifah modal yang disalurkan melalui FMK sangat bermanfaat bagi pelaku UMKM sepertinya. Ia berharap terus ada pendampingan, supaya modal perusahaan dapat dikembangkan untuk bisnis secara berkelanjutan.

“Sebelum dapat modal, kami yang berangkat dari nol rupiah sedikit demi sedikit menyisihkan keuntungan untuk membeli alat,” katanya.

Setelah mendapatkan modal dari SI, bisnis Jafana optimis akan terus berkembang. Mengingat ketika kebanjiran orderan, kelompoknya masih membutuhkan tambahan anggota yaitu ibu rumah tangga sekitar.

Dalam menjalankan bisnisnya yang mampu bertahan di tengah gempuran Covid-19, Kholifah mengungkap rahasinya yaitu dalam menjual produk tidak harus mahal. Lebih penting rasanya enak, dan hasilnya bagus. Untuk harga nomor dua, karena yang harus diingat konsumen ada tiga kelas, yaitu rendah, menengah dan atas.

Setiap pelanggan juga memiliki selera, dan itulah yang harus dituruti untuk mampu bertahan. Jafana selama ini menjaga kualitas dan rasa produk, dan itu membuat dicintai konsumennya.

Ia juga berpesan kepada pebisnis pemula untuk pantang menyerah. Teruslah berusaha dan semangat, jangan minder dari pebisnis senior. Sedikit banyaknya orderan bakery dan katering tidak diukur tempatnya di desa ataupun kota. Seperti omset Jafana rata-rata Rp8 juta per hari dan Rp80 juta per bulannya.

Melihat bisnis Jafana, Kepala Desa Sugihan, Merakurak, Warsito bersyukur karena banyak pelaku UMKM khususnya di desa tumbang terkena pandemi. Beberapa bisnis lain yang masih bertahan di Desa Sugihan, yaitu penjahit, peternak ayam joper, dan peternak kambing.

“Bantuan modal dari SI terasa manfaatnya bagi pelaku UMKM. Pemdesa menyuport program FMK, karena kami sadar APBDesa belum mampu menyentuk kesana sehingga berbagi peran dengan perusahaan adalah solusi yang tepat,” tandas Zito sapaan akrab Kades Sugihan. [ali/mu]