Penyelidikan Dugaan Pencemaran Air Sungai Bektiharjo Makan Waktu 12 Hari

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Dugaan pencemaran gas Amonia (NH³) pabrik es PT Tirto Joyo di Sungai Bektihatjo, Kecamatan Semanding kini telah ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tuban, Senin (19/8/2021).

Pada Minggu (18/7) siang, tim ahli DLH mendatangi PT Tirto Joyo menindaklanjuti laporan Kepala Desa Prunggahan Wetan soal pencemaran air sungai hingga menyebabkan ikan mati dan rumput layu.

"Kita menerina laporan pencemaran sungai yang membuat ikan-ikan mati. Diduga dari kegiatan aktivitas pabrik es Bektiharjo," ujar Kepala DLH Tuban, Bambang Irawan.

Pasca mendapat keterangan dari PT. Tirto Joyo, tim DLH kemudian mengecek tempat produksi, dari mulai tempat pengolahan hingga saluran pembuangan limbah hasil produksi. Ditambah pengambilan sampel air dilakukan untuk analisis lebih lanjut.

Tim sedikit ragu dengan sampel yang diambil karena kondisi air sungai sudah mulai normal, karena aliran air terus mengalir sejak ada rembesan amonia yang sempat menggegerkan warga sekitar. Kendati demikian, Kades Prunggahan Wetan informasinya telah mengambil sampel air berwarna putih pekat dan akan segera dicek di laboratorium.

Adapun hasil laboratorium air sungai keluar dan jika memang ada cairan amonia berarti terbukti PT. Tirto Joyo telah melakukan pencemaran lingkungan. 

"Hasil lab akan keluar dalam waktu sekitar 12 hari kerja," imbuhnya.

Di lain sisi, DLH juga belum bisa melakukan pengecekan terkait Izin Pembuangan Air Limbah (IPAL) dan dokumen lainnya. Karena waktu masuk ke area pabrik, tim sudah merasakan pusing kepala fan sesak nafas.

Adapun sanksi bagi PT Tirto Joyo bila memang benar menjadi pelaku pencemaran sungai, pertama bisa dikenai sanksi administrasi, bisa juga membayar kerugian dampak yang ditimbulkan hingga pemulihan lingkungan yang tercemar.

Diberitakan sebelumnya, pengelola pabrik es tidak mengelak bila perubahan warna air sungai di Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding pada Sabtu (17/7/2021) sekitar pukul 12.30 Wib dari tempat usahanya.

Rembesan amonia kali kedua tersebut, diakui oleh pedagang di sekitar pemandian Bektiharjo, Iwan (35) memberi efek berantai. Mulai dari membuat sesak nafas, mata perih, dan kepala pusing.

"Ikan-ikan di sungai juga mati dan tadi saya dapat empat ekor ikan gabus," jelasnya.

Munculnya amoniak di lingkungan padat penduduk di Desa Bektiharjo, kata Iwan diawali dari asap putih dari arah barat ke timur. Disusul perubahan warna air menjadi keruh putih kebiruan. [ali/ono]