Cerita Sambal Rumahan di Tuban bisa Masuk Supermarket

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Hampir semua ibu rumah tangga atau siapapun bisa membuat sambal. Entah itu sambal terasi, cabai ijo, rujak, matah hingga terong, Sabtu (6/3/2021).

Di Kabupaten Tuban ada cerita sambal rumahan buatan Siti Arofah (31), sekarang telah menembus pasar moder atau supermarket.

Brand yang diusung perempuan asal Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding adalah Sambal Pantura dan ia sekaligus menjadi ownernya.

"Perjalanan Sambal Pantura ini panjang dan berliku. Tidak mudah untuk mencapai titik sekarang dari saya yang semula sebagai pekerja di pabrik semen dengan jam kerja pagi hingga sore," ungkap Arofah kepada blokTuban.com.

Pada akhirnya Arofah memutuskan untuk komitmen merawat buah hatinya dan tidak bekerja lagi di pabrik semen. Untuk mengisi waktu luang, ia beberapa kali mengikuti pelatihan seperti merias, memasak dan lain sebagainya.

Dari pelatihan itulah, ia kemudian berpikir bahwa usaha membuat sambal menjadi pilihan tepat. Karena pesaing di Kabupaten Tuban belum terlalu banyak.

Untuk bisa masuk ke supermarket, produk sambal harus dapat ijin dari Dinas Kesehatan. Berupa sertifikat bahwa ini adalah makanan yang layak dikonsumsi.

Ia ingat sewaktu masih bekerja dulu. Saat jam makan siang bersama temannya pasti membeli sambal bawang botolan. Muncullah inisiatif membuat sambal yang dulu sering dipesan.

Di Kabupaten Tuban sendiri memiliki sumber daya alam melimpah. Akhirnya Sambal Pantura buatannya diberi isi beraneka macam mulai, cumi-cumi, teri, ikan asap, paruh, hingga jambal.

"Untuk bahan produksi seperti ikan saya ambil langsung dari Kecamatan Tambakboyo. Cabai dan bahan lainnya dari Pasar Besar Tuban sudah lengkap," imbuh Owner Sambal Pantura.

Kualitas bahan sambal buatannya, Arofah menjamin kesegarannya. Seperti diketahui Kabupaten Tuban memiliki laut dengan ikan segarnya. Cabai segar yang setiap pagi dibeli di pasar juga langsung dimasak.

Sambal Pantura yang mulai ada sejak 2019 dibuat dengan menonjolkan ke-Tuban-annya seperti terasi, dan ikannya. Dua tahun berjalan dan masih ada banyak hal yang perlu dipelajari untuk mengembangkan bisnisnya.

Modal awal bisnis sambal ini sekitar Rp400.000, dari sisa uang belanja sehari-hari. Sambal dibuat langsung oleh Arofah dan dibantu orang lain untuk menyiapkan bahannya.

Membahas brand, Arofah sengaja memilih sambal Pantura karena untuk namanya dinilai kurang populer. Jika di tempat lain ada sambal ibu siapa atau mama siapa.

"Saya ingin nama yang beda dan Pantura sudah bagus untuk produk sambal. Orang membaca Pantura pasti langsung paham tingkat kepedasan dan asin yang menonjol di sambalnya," terangnya.

Harga per botol sambal Pantura dibandrol Rp23.000 untuk semua varian isinya, dan bisa bertahan hingga lima bulan. Bisa didapatkan di toko oleh-oleh, aplikasi Shopee dan supermarket Tuban, Bojonegoro hingga Surabaya.

Untuk level kepedasan sambal ini jelas khas Pantura, jadi pedasnya nampol. Varian teri ada sensasi rasa manisnya, dan jambal atau sambal ijo kepedasannya rendah.

"Bagi yang suka pedas saya rekomendasi cumi dan ikan asap," tandasnya.

Pandemi Covid-19 terasa dampaknya pada bisnis Sambal Pantura. Omset semula Rp10 juta per bulan, sekarang bisa turun hingga 50 persen per bulannya.

Sekedar diketahui, target market Sambal Pantura adalah orang kantoran, dan wisatawan. Adanya pembatasan PSBB membuat pesanan sambal berkurang signifikan. [ali/sas]