Berkah Proyek Ring Road, Musisi Tuban Sulap Akar Jati Terbuang Bernilai Seni

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Pembangunan Ring Road atau Jalan Lingkar Selatan (JLS) di Kabupaten Tuban sejak tahun 2019-2020 tidak hanya mengurangi kemacetan, tapi juga ada efek berantai lainnya.

Selain usaha kecil bermunculan di sepanjang 19 Kilometer, proyek yang didanai APBD Tuban itu juga menjadi berkah bagi musisi asal Desa Tegalagung, Kecamatan Semanding.

Pembangunan mega proyek miliaran tersebut, menyisakan akar pohon Jati yang tidak sedikit. Putra Hadi Mulyo (48) melihat akar yang terbuang itu bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai seni.

"Sebagai seorang musisi saya tidak bisa terus-terusan menganggur di masa pandemi, sehingga memanfaatkan waktu luang untuk mengukir akar Jati," ujar Mulyo bercerita kepada blokTuban.com dirumahnya, Sabtu (6/3/2021) siang.

Mulyo yang merupakan lulusan Seni Rupa Surabaya kemudian mengembangkan bakat lamanya yang terpendam. Bersamaan dengan pembatasan / lockdown aktifitas seni musik selama pandemi Covid-19 di Tuban.

Berkat sentuhan tangannya, akar Jati yang semula terbengkalai sekarang nampak indah dan bernilai jual tinggi. Pahatan demi pahatan di akar kemudian berwujud kursi, hiasan ruang tamu, asbak, tempat smartphone, dan barang lainnya.

Selama berkarya di rumah, Mulyo juga mendapat orderan dari teman hingga kolektor. Mulai dari Jakarta, Surabaya, NTT dan beberapa kota lainnya.

Untuk harga kayu ukir karyanya dibandrol harga mulai Rp50.000 hingga puluhan juta rupiah. Setiap karya juga memiliki nilai seni dan harga yang berbeda-beda.

"Saat ini masih tahap belajar dan terus menggali ide mengukir setiap akar Jati. Setiap ukiran yang saya hasilkan tidak ada duanya, sehingga kolektor atau yang paham seni ukir akan bisa menilainya," imbuh pria yang pernah menjadi guru di salah satu SMK swasta di Tuban.

Ditambahkan Mulyo bahwa yang mahal dari seni ukir adalah proses menciptakan ide. Selain itu, memadukan setiap sudut bongkahan akar Jati apakah harus diukir kepala Naga, atau yang lainnya.

Setiap karya ukirnya, Mulyo tidak pernah meninggalkan motif akar. Karena ia ingin selalu dekat dengan alam. Hal itu bisa dilihat dari setiap karya ukir dirumahnya.

Sekedar diketahui, proses mengubah akar menjadi barang bernilai seni diawali dengan persihan tanah dan batu yang menempel. Kemudian pembersihan kulit dan membuat bentuk awal hingga proses finishing.

Satu karya ukir bisa memakan waktu tiga sampai empat bulan. Menyesuaikan dengan ukuran dan tingkat kesulitan dalam pengerjaannya. [ali/sas]