Vaksin dan 3M Harus Dijalankan Berdampingan Untuk Proteksi Diri

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Kedatangan vaksin COVID-19 pada Minggu (6/12) lalu menjadi kabar baik bagi upaya pencegahan pandemi COVID-19. Setelah datangnya vaksin COVID-19, pemerintah masih menunggu hasil evaluasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) untuk melaksanakan program vaksinasi kepada masyarakat. 

Namun setelah nantinya pelaksanaan vaksinasi berjalan, masyarakat harus tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan

3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak), karena dengan cara itulah Indonesia bisa cepat keluar dari pandemi COVID-19.

Dr. Ede Surya Darmawan SKM., MDM, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia membenarkan bahwa vaksin itu adalah upaya protektif terhadap penyakit spesifik. Menurutnya, beberapa virus dan bakteri di Indonesia memang sudah lama dilawan dengan imunisasi. 

"Di Indonesia kita mengenal program imunisasi, kemudian beberapa penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi bisa tereleminasi. Vaksin COVID-19 ini juga diharapkan memiliki peran seperti itu nantinya," ujar Ede. 

Lebih jauh lagi Ede menjelaskan perhitungan untung rugi dari program vaksinasi. Nantinya, Vaksin untungnya lebih banyak daripada ketika kita harus sakit. Bukan hanya menelan biaya rata-rata Rp184 juta per orang, tapi rugi karena tidak bisa produktif bekerja. 

"Sejauh ini vaksin sebagai intervensi kesehatan masyarakat dalam pencegahan penyakit menular sudah terbukti efektif sejak lama," tegasnya.

Terkait efek ikutan setelah divaksinasi, menurut Ede hal tersebut hanya sekadar ketidaknyamanan yang bersifat sementara. Sakitnya hanya karena ditusuk jarum suntik, kemudian ada bengkak dan badan panas. Tapi itu tidak akan berlangsung lama. 

Kalau vaksinnya efektif maka akan segera terbentuk antibodi sehingga akan kebal terhadap suatu penyakit yang spesifik.

Sementara itu, berdasarkan cerita Abi Satria, seorang Penyintas COVID-19 setelah terpapar menjadi kerugian secara fisik dan mental. Sebab bukan hanya terdampak pada fisik tapi juga mentalnya.

"Kondisi fisikku di hari ke enam dirawat di Wisma Atlet, tubuh menggigil karena demam, meski AC sudah dimatikan. Pasca sembuh dari COVID-19, fisik sebenarnya sudah mulai membaik, tapi secara mental masih kurang stabil. Aku masih takut keluar dan muncul di depan publik. Setelah aku konsultasikan ternyata memang itu adalah dampak psikologis. Jadi bukan hanya terdampak pada fisik tapi juga mentalnya," kisahnya.

Abi Satria juga mengatakan, seseorang bisa tertular di mana saja dan kapan saja. Bisa jadi tertular dari benda-benda di sekitar. 

Ia juga meyakinkan ke masyarakat yang menganggap COVID-19 hanya konspirasi. Itu nyata. Karena mereka yang belum percaya mungkin belum pernah ada orang terdekatnya yang tertular COVID-19.

“Untuk semua masyarakat yang masih abai dengan 3M, tolong jangan egois karena kita tidak pernah tahu kapan bertemu dengan orang yang imunitasnya sedang rentan. Kita tidak pernah sadar bahwa kita membawa virus kepada yang lebih tua atau muda, jadi jangan egois dan patuhi protokol 3M," pesannya.

Adapun untuk vaksin ia mengajak bersiap menyambut vaksinasi sebagai salah satu bentuk proteksi spesifik agar tidak tertular COVID-19. Tapi proses mendapatkan vaksin masih membutuhkan waktu, karena itu menjaga 3M itu bukan lagi pilihan tapi keharusan di situasi pandemi seperti ini. 

"Bahkan khususnya untuk cuci tangan tidak boleh lepas, tidak ada COVID-19 pun kita harus terus cuci tangan," tutup Dr. Ede. [rof/mu]