Cairan Bening Menetes dari Mata, saat Setiajit Didoakan Jadi Bupati

Reporter : Khoirul Huda

blokTuban.com - ‘’Saya hanya akan membaca Fatihah saja. Namun ada tiga ijazah dalam pembacaannya. Insyaallah apa yang kita harap dan cita-citakan terkabul. Dan Mas Setiajit ini akan menjadi bupati Tuban,’’ begitu KH Nawawi Kholil, salah satu pengasuh pondok pesatren di Rembang, Jawa Tengah mengawali doanya.

Kiai Nawawi atau biasa dipanggil Mbah Wi, adalah salah satu santri kinasih KH Maemoen Zubair (Mbah Moen) pengasuh pondok pesantren Al Anwar, Sarang yang sangat terkenal itu. Mbah Wi mendampingi saat-saat terakhir Mbah Moen.

‘’Saya juga ikut memandikan Mbah Moen. Dan saya yang mengkafani Mbah Moen, alhamdulilllah,’’ ujarnya.

Ijazah dalam bacaan surat Alfatihah itu, kata Mbah Wi, berasal dari tiga Kiai sepuh yang terkenal. Salah satunya KH Achmaf Syahid atau biasa dipanggil Mbah Syahid Kemadu almarhum. Kiai pengasuh pondok pesantren di Kemadu, Rembang, Jawa Tengah ini dikenal sebagai ‘kiai alhamdulillah’ karena begitu banyaknya kalimat syukur itu diucapkan dalam kesehariannya dan dalam situasi apapun.

Ijazah dalam membaca fatihah dari Mbah Syahid Kemadu adalah membaca ayat-ayat dalam surat itu seperti bisa. Saat sampai pada ayat ‘alhamdulillahi robbil ‘alamin’ dibaca tujuh kali, sambil dalam hati memohon hajat apa yang diinginkan.

Ijazah kedua bacaan fatihah ini dari Mbah Moen, cara membacanya sama yakni dari ayat- ke ayat. Ketika sampai pada ayat ‘iyyaka na’budu  waiyyaka nasta’in’ di baca tujuh kali. Sambil dalam hati juga memohon hajat yang diinginkan.

Yang ketiga, lanjut Mbah Wi ijazah ini dari KH Mustofa Bisri (Gus Mus) yang masih saudaranya sendiri. Cara membacanya juga sama dari ayat ke ayat. Ketika sampai ayat ‘waiiyaka nasta’in’ dibaca tujuh kali sambil memohon dalam hati.

‘’Nanti panjenengan semua membaca ini, dan saya akan memohon pada Allah agar Mas Setiajit ini yang menjadi Bupati Tuban,’’ pinta Mbah Wi.

Malam itu, suasana haru dan sakral menyelimuti halaman belakang rumah Setiajit yang sedang dilangsungkan doa bersama. Sejumlah kiai sepuh hadir. 

Selain Mbah Wi, hadir KH Abdul Ghofur atau Mbah Ghofur pengasuh pondok pesantren Sunan Drajat, Paciran, Lamongan. Juga KH Noer Nasroh Hadiningrat pengasuh pondok pesantren Gomang, Lajurlor, Singgahan Tuban.

Juga sesepuh Muhammadiyah Tuban sekaligus Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Tuban KH Masduki Nusyamsi. Para kiai itu, satu persatu mendoakan Setiajit jadi Bupati Tuban. Bahkan Mbah Ghofur juga memberikan tausiyah untuk para jamaah dan relawan Setia Negara yang hadir, termasuk para pengurus dan kader partai politik pengusung Setia Negara.

Doa bersama itu digelar untuk mengawali langkah menjalakan kampanye pilkada. Semua doa tulus itu membuat Setiajit terharu. 

Matanya berkaca-kaca. Doa yang dibaca dengan lirih dan penuh ketulusan itu sangat menyentuh hati Setiajit. 

Rasa haru itu menyeruak karena para kiai sepuh itu mau hadir, memberi doa restu dan mendoakan agar dia jadi bupati. 

Sedangkan dia sering diserang dengan penilaian-penilaian buruk dan kabar tak sedap lainnya. Kehadiran dan doa para kiai agar Setiajit menjadi bupati, semakin menambah semangat Setiajit untuk terus maju dan menjemput kemenangan.

‘’Alhamdulillah, doa dan restu para kiai sepuh ini membuktikan bahwa saya tidak seperti yang banyak orang tuduhkan. Kehadiran para kiai sepuh ke rumah saya, itu bentuk dukungan yang luar biasa bagi saya dan seluruh. Kami semangat dan yakin Setia Negara menang,’’ tegas Setiajit.[hud/ono]