Memberdayakan dan Menyuburkan Alam dengan Bahan-Bahan dari Alam

Oleh : Suhendra Mulia

*Pranata Humas Madya LIPI

 

Pendahuluan

Di ufuk timur perlahan mulai menampakan cahaya di rimbunya pohon dalam suasana alam pedesaan atau di sebuah perkampungan. Cuaca sejuk dengan semilir angin di pagi hari di mana petani mulai melakukan aktivitas untuk bercocok tanam atau berkebun. 

Petani mengawali aktivitas dengan mempersiapkan segala keperluan untuk bercocok tanam. 

Sumber daya alam merupakan segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. 

Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan populasi manusia serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini. 

Arti penting kuasa ilahi yang telah memberikan alam yang cukup indah dan mempesona serta dapat memberikan penghidupan bagi mahkluk hidup yang ada di muka bumi ini. Alam seakan-akan ingin mengatakan kepada manusia bahwa dia adalah sumber penghidupan untuk semua, seperti air, udara, tumbuhan dan tanah ingin diperlakukan secara baik dan alami. 

Apapun yang kita ambil dari alam tidak seharusnya diperlakukan secara tidak baik, alangkah bijaksananya kita kalau alam kita jaga kelestariannnya. 

Petani dan kita semua tidak menyadari bahwa seperti apa kita harus memperlakukan alam secara baik dan bijaksana. Misalkan air bagaimana kita pergunakan dengan baik dan dikembalikan juga dalam keadaan bersih tanpa adanya pencemaran, begitu juga dengan tanah kita harus memperlakukan dengan baik dimana tanah yang subur dapat memberikan hasil dari pertanian atau perkebunan yang sangat baik dan besar hasilnya. 

Indonesia merupakan salah satu negara pertanian terbesar di Asia Tenggara, berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2018  menyebut luas lahan bakusawah terus menurun. Dimana saat ini luas lahan tinggal 7,1 juta hektare, turun dibanding tahun 2017 yang masih 7,75 juta hektare.

Indonesia  memiliki ribuan peneliti dari berbagai lembaga penelitian seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang memiliki ± 1700 peneliti, akan tetapi sebagian besar peneliti mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan atau mendiseminasikan hasil penelitian mereka hingga pemanfaatannya oleh masyarakat ataupun industri. 

Banyak peneliti punya penelitian yang bagus, tetapi tidak tersampaikan ke masyarakat atau dunia industri. Hal tersebut disebabkan komunikasi/diseminasi hasil penelitian dengan masyarakat/stakeholder terbatas. 

Akibat peneliti tidak mampu berkomunikasi, banyak hasil penelitian yang potensial untuk dikembangkan justru menjadi tidak termanfaatkan atau mandek.Pemanfaatan hasil penelitian dapat  dilihat dari penyampaian, pemanfaatan dan dampak penggunaan hasil riset. 

LIPI mempunyai berbagai pusat penelitian, salah satu didalamnya Pusat Penelitian Biologi. Dan Pusat Penelitian Biologi  memiliki peneliti yang bernama Sarjiya Antonius adalah peneliti pupuk organik hayati (POH), beliau berasal dari daerah Kulon Progo dimana Sarjiya memiliki cita-cita untuk memajukan dan mensejahterakan petani lewat hasil penelitiannya. 

Beliau menamatkan sekolah S3-nya dari salah satu universitas di Jerman dan kembali ke Indonesia untuk mengembangkan ilmunya dibidang Mikrobiologi. Sarjiya sudah berkeliling hampir 20 provinsi yang ada di Indonesia untuk mendiseminasikan hasil penelitiannya berupa pupuk organik cair hayati. 

Sarjiya berpendapat dampak praktek pertanian saat ini semakin punahnya agen biokontrol dan serangga penyerbuk; Peledakan hama dan penyakit; Tanaman menjadi semakin rentan terhadap hama dan penyakit; Produktivitas lahan semakin turun; Semakin menambah biaya saprodi.

 Hilangnya kearifan lokal pembuatan pupuk organik. Urgensi penggunaan pupuk organik hayati (POH),suatu keniscayaan bertani tanpa aplikasi pupuk organik/Hayati. Pola pikir petani harus diperbaharui dan keterampilan dalam pembuatan POH harus dibekali, didampingi dan menjadi mandiri. 

POH akan sangat terjangkau kalau bisa dibuat ditempat secara mandiri . Diseminasi, pelatihan dan alih teknologi terhadap teknologi mikroba agen POH adalah sangat pelik dan tidak mudah, maka perlu sosialisasi dan pembekalan kepada petani.                   

 

Pupuk Organik Hayati (POH)

Peran nyata LIPI untuk membantu dalam mensejahterakan masyarakat dibidang pertanian, dilakukan melalui kegiatan diseminasi informasi ke masyarakat khususnya petani, dan saat kegiatan LIPI melakukan kunjungan atau diseminasi informasi mendapatkan apresiasi dari pemangku kebijakan.

Perusahaan swasta, perguruan tinggi dan masyarakat umum. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah dengan memberi pembekalan/bimbingan teknis dan sekaligus pelatihan pembuatan POH. 

Materi dalam pelatihan lebih ditekankan bagaimana memasyarakatkan ilmu dan mengilmiahkan masyarakat. Misalnya bagaimana mengelola sistem tanah dengan baik dan tanaman berproduksi dengan optimal, maka tanah harus terus ditambahkan bahan organik sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme dan untuk meningkatkan kesehatan dan struktur tanah. 

Kontribusi LIPI mempersembahkan sumber daya genetika mikroorganisme untuk memproduksi dan atau memperkaya pupuk organik menjadi pupuk organik hayati sesuai dengan kondisi lahan pertanian dan kebutuhan petani.

Pupuk Organik Hayati (POH) teknologi yang dikembangkan  LIPI dengan tujuan untuk konservasi dan pemanfaatan kekayaan keanekaragaman sumber daya genetika mikroba asli INDONESIA yang berasal dari berbagai daerah dan berbagai ekosistem untuk menunjang konservasi lingkungan dan pertanian berkesinambungan.

Sisa tanaman dikembalikan ke tanah(sisa tanaman seperti daun, seresah, dan kulit buah dikembalikan ke tanah sebagai sumber organik, juga dapat ditambahkan pupuk kandang dan mulsa/kompos untuk tanaman bila memungkinkan),dan bahan baku dalam pembuatan POH sangat mudah didapat pada daerah di Indonesia seperti gula merah, agar-agar, air kelapa, telur, dan lain-lain. 

Tujuan Penggunaan POH

Menurunkan penggunaan pupuk kimia

Meningkatkan masukan N ke tanah melalui proses penambatan N dan perombakan biomas 

Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman

Meningkat kemampuan akar menyerap nutrisi

 

Keunggulan Pupuk Organik Hayati (POH-LIPI)

Mengandung mikroba perakaran unggulan terseleksi yang berasal dari berbagai lingkungan di Indonesia sehingga mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada berbagai kondisi tanah

Sepuluh mikroba starter POH memiliki multiaktivitas unggulan sebagai penghasil ZPT (IAA, Cytokinin, Gibberelin).

 Melarutkan P, Menambat N, Biopestisida, asam-asam organik

Meningkatkan biodiversitas mikroba menguntungkan di tanah

Berfungsi meningkatkan ketahanan dan menjaga kesehatan tanaman 

Meningkatkan produksi tanaman meskipun dilakukan pengurangan penggunaan pupuk sintesis anorganik dan meminimalkan penggunaan pestisida

 

Peluang dan tantangan ke depannya 

Teknologi pembuatan Pupuk Organik Hayati (POH) Cair dan padat

Eksplorasi dan pemberdayaan mikroba indigen (lokal) unggul agen (POH)

Pengolahan dan pemanfaatan limbah organik (pertanian-peternakan, rumah tangga-pasar) menjadi pupuk organik vermikompos

Pengembangan dan produksi pertanian organic.[*]