Pangan Segar dan Olahan di Tuban Masih Rentan Tercemar Rhodamin dan Formalin

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Target keamanan pangan di Kabupaten Tuban pada 2019 ditarget 96 persen dan terealisasi 96,4 persen. Hasil ini ditinjau dari jumlah sampel yang diperiksa dan jumlah sampel yang aman, Selasa (26/5/2020).

Dari 330 jumlah sampel yang diperiksa, ternyata 318 sampel diantaranya dinyatakan aman. Sisanya sebanyak 12 sampel masih terindikasi mengandung bahan campuran yang berbahaya.

Misalnya rhodamin (bahan pewarna tekstil), maupun formalin dan borax (bahan pengawet non makanan). Rentannya pencemaran penggunaan bahan kimia pada pangan segar ataupun olahan, menjadi masalah serius yang dihadapi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tuban.

"Problemnya pencemaran pangan ini belum terdeteksi secara menyeluruh di 20 kecamatan," terang Bupati Tuban, Fathul Huda tertulis dalam LKPJnya 2019.

Data dari DPKP, diantara langkah penanganan problem tersebut melalui sosialisasi kepada masyarakat, kelompok masyarakat, organisasi wanita, guru dan anak sekolah, serta konsumen tentang bagaimana mengkonsumsi produk pangan segar dan olahan yang aman, bebas dari bahan tambahan berbahaya.

Disisi lain, hasil survei konsumsi pangan di Tuban skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 84,2 persen. Masih kurang 7,4 persen dari target sebesar 91,3 persen. Skor ini masuk kategori cukup baik (>80), kendati demikian jika dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya skor PPH 2019 meningkat.

Hal ini menunjukkan, lanjut Bupati dua periode bahwa konsumsi pangan penduduk per kapita per hari di tingkat rumah tangga, menurut kelompok pangan menunjukkan hal yang belum beragam dan bergizi seimbang.

"Pola pangan masyarakat Tuban yang perlu ditingkatkan dalam mengkonsumsi umbi-umbian, pangan hewani, dan sayur/buah. Sedangkan untuk minyak/lemak, buah/biji berminyak, hingga kacang-kacangan sudah berlebih," imbuh Bupati kelahiran Montong.

Diakui, Bupati yang juga tokoh NU ini konsumsi buah dan sayur masih jauh dari ideal. Sama halnya dengan umbi-umbian dan pangan hewani. Sebab masih kuatnya mitos kalau makanan pokok adalah beras.

"Rendahnya konsumsi pangan hewani juga dipicu masih rendahnya pendapatan masyarakat di wilayah pertanian dan peternakan," tambahnya.

Diketahui pula, realisasi cadangan pangan daerah melampaui target sebesar 4,8 persen dari target 70 persen dan tercapai 74,8 persen. Begitupula ketersediaan kebutuhan energi dan protein di tahun 2019 tercapai sebesar 94,12 persen dari 85 persen.

Angka 94,12 persen tersebut menunjuk pada kualitas pangan yang tersedia yaitu pada keberagaman pangannya. Mulai kelompok padi-padian, kacang-kacangan, gula, sayur, dan buah. [ali/rom]