Posisi Hilal Awal Ramadan 1441 H

Oleh: Lutfi Nur Fadhilah

Sebentar lagi bulan ramadan akan datang menyapa. Entah akan seperti ramadan-ramadan sebelumnya yang diwarnai dengan suka cita dan penuh penantian akan ada momen-momen khas seperti kebiasaan ramadan pada tahun-tahun sebelumnya. Akan ada buka bersama, takjil gratis, pesantren kilatan, safari tarawih, ngabuburit, tadarus quran di masjid-masjid dan musola-musola, serta kebiasaan ramadan pada umumnya, atau mungkin akan ada yang berbeda?

Bulan sya’ban akan segera meninggalkan kita. Saatnya kita akan kedatangan tamu yang sangat mulia, yang harus kita sambut dengan bahagia, ramadan. Jika pada tahun sebelumnya kita menanyakan apakah puasa ramadan kita dimulai bebarengan lagi atau harus berbeda? Kapan ramadan akan mulai?

Di tengah pandemi di negeri kita, mungkin pertanyaan ini untuk sekarang tidak menjadi pertanyaan utama. Namun tetap terbesit dalam benak, karena bagaimanapun juga ramadan adalah bulan berkah, bulan ibadah kita akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt.

Penentuan awal dan akhir ramadan masih menjadi sesuatu yang belum ditemukan titik tengahnya. Masing-masing masih dengan prinsip menganggap benar metodenya, sehingga tidak menutup kemungkinan akan ada perbedaan.

Pada garis besarnya, dalam penentuan awal bulan kamariah di Indonesia terdapat dua sistem, yaitu sistem rukyat dan sistem hisab.

Sistem rukyat (bi al-fi’li) adalah usaha melihat hilal dengan mata kepala pada saat matahari terbenam tanggal 29 bulan kamariah. Sedangkan sistem hisab (ru’yah bi al-‘ilmi) adalah penentuan awal bulan kamariah yang didasarkan pada perhitungan peredaran bulan mengelilingi Bumi.

Dalam surat al-Baqarah 185 menunjukkan, bahwa cara melaksanakan puasa adalah dengan menyaksikan hilal. Menurut Ali al-Sayis bahwa term syahid (orang yang menyaksikan hilal) itu memiliki dua makna, yaitu hadir di bulan ramadan dan menyaksikan hilal dengan akal pengetahuannya. Hadir berarti mengetahui hadirnya bulan ramadan dengan jalan rukyat. Namun interpretasi hadis nabi yang berbeda, ada yang memahami harus dengan mata kepala atau ru’yah bil fi’li dan ada yang memahaminya ru’yah bil ‘ilmi yaitu hisab. Melalui dua interpretasi ini melahirkan metode penetapan awal bulan yang berbeda, yaitu hisab dan rukyah.

Akankah Serempak Mengawali Puasa?

Secara perhitungan astronomis, awal ramadan kali ini tidak ada perbedaan. Dengan memperhatikan kriteria yang masih dianut oleh pemerintah, untuk ramadan 1441 Hijriyah akan jatuh pada Kamis malam Jumat, 23 April 2020 petang hari. Adapun hilal dari Sabang sampai Merauke sudah di atas ufuk dengan ketinggian lebih dari 2 derajat serta elongasi lebih dari 4 derajat. Konjungsi akhir bulan Sya’ban terjadi pada tanggal 23 April 2020 pada jam 09:26 WIB. Berdasarkan buku Ephemeris Hisab Rukyah 2020 Kemenag RI, bahwa tinggi hilal di Banda Aceh saat Magrib adalah 3 derajat 35.62 menit sedangkan di Jayapura 2 derajat 41.94 menit. Itu artinya, kemungkinan puasa akan dimulai pada keesokan harinya yaitu Jumat, 24 April 2020.

Jika menengok kepada kriteria tinggi hilal yang dianut oleh pemerintah, maka tinggi hilal dari timur hingga barat pada saat magrib sudah imkan rukyah (mungkin dapat teramati). Bagi pengguna metode hisab, dengan melihat data hilal yang ketinggiannya sudah di atas ufuk ini tentu akan dapat langsung mengumumkan bahwa puasa ramadan dimulai pada Jumat, 24 April 2020. Namun bagi madzhab rukyah, maka harus tetap memerhatikan hasil rukyah akhir Sya’ban 1441 H besok Kamis, 23 April 2020.

Berdasarkan data hilal, maka kemungkinan hilal akan teramati jika cuaca tidak mendung atau tidak adanya penghalang untuk terlihatnya hilal di ufuk barat saat magrib atau matahari terbenam. Posisi hilal berada di sebelah selatan matahari terbenam. Jika nantinya hilal bisa teramati, maka baik yang menggunakan hisab sebagai metode penentuan awal bulan kamariah maupun rukyah akan memulai puasa di hari yang sama, yakni Jumat 24 April 2020 sehingga ramadan 1441 Hijriyah serempak dimulai sejak matahari terbenam pada 23 April 2020. [*]

*Mahasiswi S2 Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang Jawa Tengah, asal Desa Simorejo Kecamatan Kanor Bojonegoro.