Solikin, Difabel Viral Pelukis Sketsa Wajah

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Netizen jagat maya Kabupaten Tuban, belakangan kembali digegerkan dengan sosok pelukis sketsa wajah asal Desa Sendang, Kecamatan Senori. Postingan kakaknya di salah satu grup FB waktu lalu, banjir komentar dan kunjungan ke kediamannya yang sederhana.

Reporter blokTuban.com berhasil menemui sosok pelukis bernama lengkap Ahmad Solikin di Desa Sendang. Berbeda dengan seniman pada umumnya, Solikin merupakan pelukis difabel yang mandiri dengan karyanya.

Dengan keterbatasan fisik, goresan pensilnya telah melahirkan karya yang ciamik. Mulai pahlawan Imam Bonjol, tokoh Bisri Samsudin, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Kapolres Tuban, AKBP Ruruh Wicaksono, Mbah Hasyim Asy'ari, hingga mantan Presiden RI, Gus Dur.

"Bakat alami ini sejak SD. Selain sketsa wajah juga sering buat sketsa pemandangan dan hewan," terang Solikin sembari melanjutkan pesanan sketsa wajah Guberjur Ganjar Pranowo.

Bakat melukisnya dipertajam tiga tahun terakhir. Pemuda yang berusia 24 tahun itu, kini setiap waktu fokus merampungkan sketsa dari pemesan. Paling jauh dari Banyuwangi dan Jawa Tengah.

Difabel yang berkarya di kawasan ceruk Migas ini, hanya memiliki sebuah tangan kiri sempurna. Tangan kanan dengan tiga jari, dan kedua kakinya tumbuh kurang sempurna.

Alhasil, ketika bergerak kemanapun hanya mengandalkan kedua lengannya. Sempat ditawari kursi roda oleh Kapolsek Senori, AKP Musa Bakhtiar, pelukis ini mengaku tidak nyaman. Karena jalan lingkungan di sekitarnya ala kadarnya alias belum beraspal.

Kendati sudah viral di jagat raya, Solikin tetap apa adanya. Dia ramah dan santun kepada siapapun yang mengunjunginya. Karyanya tulus dan sampai dengan hari ini belum dipasang tarif.

"Jika ada yang pesan sketsa seikhlasnya bayarnya," imbuh anak kedua dari empat bersaudara pasangan suami istri, Mad Sulaiman dan Muayadah.

Dalam keterbatasan, Solikin tak pernah patah arang. Meski dikenal sebagai pelukis sketsa, pemuda yang hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) ini juga piawai memangkas rambut.

Selama berkarya sketsa, pelukis difabel ini hanya butuh tiga pensil dengan jenis berbeda. Kesulitan yang dialami, yaitu kala membuat bingkai wajah seseorang.

"Satu sketsa paling lama 12 jam dan paling lamban 6 jam," terangnya.

Sejak Kecil Digendong Ibu

Kisah mengharukan buah hatinya diceritakan ibu Muayadah. Keluarga petani ini, tetap bersyukur dengan keadaaan putra keduanya. Sedari kecil kemanapun harus digendong, bahkan saat mengenyam bangku SD.

Pertama kali daftar sekolah, Muayadah langsung menghadap kepala sekolah dan wali kelasnya. Waktu itu, dengan gamblang menceritakan kondisi putranya yang sekarang menekuni sketsa.

"Ya begini kondisi anak saya. Tolong diberi perhatian khusus bu guru," kisahnya saat dikunjungi Kapolsek Senori.

Memori lamanya terngiang kembali. Bahwa ketika mengandung Solikin, tidak ada firasat apa-apa. Hanya ada yang aneh, tanpa ada tanda pergerakan kaki si bayi.

Sejak janin hingga lahiran, Muayadah tak pernah sekalipun periksa ke bidan atau puskesmas terdekat. Karena waktu itu kondisi keluarga sangat minim. Ketika lahiran itulah, baru diketahui putra keduanya kurang sempurna.

Solikin tumbuh besar seperti bocah pada umumnya. Di sekolah dasar dirinya mendapat dukungan dari teman sebayanya, dan tidak ada yang membully.

Pulang pergi sekolah, Solikin tak pernah lepas dari gendongan ibunya. Hanya saat bermain di lingkungan rumah, dia mandiri dengan sesekali bermain voli hingga bulu tangkis.

Karya Difabel Diapresiasi Polri

Karya luar biasa dari Solikin ini diapresiasi oleh Kapolsek Musa. Awal mengetahui, polisi asal Ngawi dari media sosial yang viral.

"Lukisan sketsa dan foto wajah sesorang sangat mirip sekali," sambungnya.

Atas karya difabel ini, Polres Tuban Polsek Senori dengan program peduli akan memunculkan potensi dari putra Senori ini. Kemampuan seni Solikin ini diharapkan mendapat apresiasi dari pemerintah dan masyarakat.

Kapolsek Musa juga menghimbau keluarga lebih hati-hati dalam menyikapi medsos. Jangan sampai ada oknum yang memanfaatkan kondisi ini.

Viralnya di Medsos memang tidak terbendung, oleh karena itu harus lebih hati-hati. Kalau ada keraguan langsung hubungi Polsek Senori, supaya ada pendampingan. [ali/rom]