Belajar Wirausaha dan Kebudayaan dari Peserta Lintas Negara

Reporter: Nidya Marfis H.

 

blokTuban.com -  Menjadi seorang ibu tak menghalangi jalan untuk terus  mengembangkan diri. Itulah yang dilakukan Devi Febriana.

 

Akhir tahun 2019 lalu, merupakan sebuah pencapaian yang terbesar dalam hidupnya. Sebab, dia terpilih menjadi salah satu peserta United Nations Development Programme (UNDP) Asia Pasifik dalam kegiatan Regional Dialogue On Indigenous Youth Social Entrepreneurship and Innovation.

 

Kegiatan digelar di Thailand.  Event yang diselenggarakan oleh UNDP, UNESCO dan AIPP  ini mengundang peserta dari negara-negara se - Asia pasifik. 

 

"Alhamdulillah, dari Indonesia ada dua saya dan teman saya dari Kalimantan Tengah (Kalteng)," ujar Devi Febriana, perempuan 28 tahun ini.

 

Dia menjelaskan, awal mulanya mengikuti UNDP Asia Pasifik ketika dia melihat informasi pendaftaran acara tersebut di internet. Karena berkaiatan dengan kewirausahaan sosial dia tertarik.

 

Berbekal pengalaman pernah menjadi pendamping wirausaha dalam program di Kementeriaan Ketenagakerjaan tahun 2018 dan 2019. Pengembangan usaha nelayan CSR dari Exxon Mobil dan Scalling-up Woman Entrepreneurs Empowerment Training (SWEET) yang dikelola oleh Mercy Corps Indonesia. Ia memutuskan untuk ikut mendaftar.

 

"Saya  mendaftar pada tanggal 26 November 2019,"ungkapnya.

 

Setelah menunggu hampir satu bulan, tepatnya pada tanggal 23 Desember 2019 ia dihubungi UNDP Asia Pasifik melalui Facebook (FB) bahwa ia terpilih menjadi peserta dalam kegiatan Regional Dialogue On Indigenous Youth Social Entrepreneurship and Innovation itu.

 

"Saya dihubungi melalui FB karena, syarat di form pendaftaran melampirkan link FB,"ujarnya. 

 

 

Perempuan lulusan Universitas PGRI Ronggolawe, Prodi Bahasa Inggris ini menambahkan, kegiatan yang berlangsung selama tiga hari mulai tanggal 20-22 Januari 2020 lalu.

 

Di negeri Gajah Putih itu, dia tak hanya belajar mengenai dunia wirausaha tapi juga belajar tentang kebudayaan dari masing-masing negara. Bisnis yang digeluti para peserta sebagian besar memanfaatkan potensi lokal daerah yang ada. 

 

Kegiatan ini untuk meningkatkan kapasitas peserta dalam berwirausaha sosial sesuai dengan bidang atau isu masing-masing. Tujuannya untuk percepatan pencapaian 17 goals Sustainable Developmet Goals (SDGs) yang merupakan agenda dunia yang harus tercapai di tahun 2030 mendatang

 

"Narasumbernya dari UNDP dan Non Governmental Organization (NGO) yang mana berpengalaman dalam kewirausahaan sosial," tuturnya.

 

 

Ibu satu anak ini berharap, ke depan dapat mengimplementasikan ilmu yang diperolehnya di Tuban dan dapat menginspirasi bagi para pemuda untuk menciptakan kemandirian ekonomi. Juga mampu membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar.

 

Karena, walaupun di Tuban banyak berdiri perusahaan besar namun angka kemiskinan Jawa Timur masuk dalam 10 besar. Dari situlah peran kewirausahaan sosial akan mampu mengurangi angka kemiskinan. 

 

"Pemuda harus mampu berkontribusi dalam hal tersebut. Karena saya yakin di tangan pemuda hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin," beber mantan Ketua Kopri PC. PMII Tuban periode 2014 - 2016 ini.

 

Selain itu, ia juga ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa kewirausahaan adalah salah satu alternatif yang bisa mengurangi pengangguran. Karena seringkali orang yang berwirausaha dianggap tidak lebih tinggi derajatnya dari pada orang kantoran. 

 

"Saya ingin merubah pemikiran kebanyakan orang tersebut. Berwirausaha tak kalah kerennya dengan pekerja kantoraan," katanya.

 

Perempuan kelahiran asli  Tuban 6 Februari 1992 juga aktif dalam berbagai organisasi. Di antaranya, Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Cabang  Tuban. Dia berada di  Bidang Potensi dan Peranan Perempuan. Juga di Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Cabang Tuban bidang kelompok Kepentingan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa. Aktif juga di Karang Taruna Kabupaten pada Koordinator Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

 

"Saya sangat bersyukur ada di dalam sana karena, di sana saya belajar berbagai hal yang belum saya ketahui sebelumnya,"tandasnya. 

 

Perlu diketahui, pada tanggal 25 September 2015 di New York, Amerika Serikat secara resmi telah mengesahkan tentang agenda Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs. Dalam forum tersebut sekitar 193 Kepala Negara.

 

Turut hadir delegasi Indonesia diwakili Wakil Presiden Repulik Indonesia Jusuf Kalla. SDGs menjadi kesepakatan pembangunan global sebagai pengganti “Millennium Development Goals” (MDGs). 

 

SDGs berisi tentang 17 tujuan, salah satu tujuannya adalah yeng mengatur tentang tata cara dan prosedur. Yaitu masyarakat yang damai tanpa kekerasan, nondiskriminasi, partisispasi, tata pemerintahan yang terbuka serta kerja sama kemitraan multipihak.

 

Berikut 17 tujuan dari SDGs itu ; menghapus kemiskinan, mengakhiri kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan. Juga pendidikan bermutu, kesetaraan gender, akses air bersih dan sanitasi serta energi bersih dan terjangkau.

 

Selain itu, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, insfrastruktur, industri dan inovasi. Mengurangi ketimpangan, kota dan komunitas yang berkelanjutan. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, penanganan perubahan iklim.

 

Juga menjaga ekosistem laut, menjaga ekosistem darat, perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang kuat serta kemitraan untuk mencapai tujuan.[nid/ono]