Tuban Manfaatkan Limbah Pasar untuk Pewarna Batik

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Desa Sumurgung, Kecamatan/Kabupaten Tuban telah ditetapkan menjadi rumah produksi batik dan tenun oleh Baznas Pusat. Launching Eco Fashion Community "Putri Berdikari Batik" di balai desa Sumurgung ini dihadiri langsung Bupati Tuban, Fathul Huda dan stakeholder terkait, Kamis (24/10/2019).

Kepada reporter blokTuban.com, Bupati Fathul Huda menginginkan program pemberdayaan dari Baznas bisa menyejahterakan masyarakat Bumi Wali. Sekaligus asalnya warga yang tidak mampu menjadi mampu, dan yang sebelumnya menerima zakat kedepan harus bisa mengeluarkan zakat.

"Kita manfaatkan pewarna alami dari tumbuhan untuk mewarnai batik. Selama ini limbah batik mencemari lingkungan," kata Bupati dua periode ini.

Bupati kelahiran Montong itu mendorong pemberdayaan semacam ini terus dilakukan. Warga penerima harus dilatih mandiri dan jangan diberi yang instan secara terus menerus.

Perwakilan Baznas Pusat, Nana Mintarti menambahkan, konsep rumah batik dan tenun di Sumurgung ini ramah lingkungan. Bahan-bahan untuk mewarnai batik, memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar.

"Hasil limbah batik juga bisa menjadi pupuk, dan membantu proses pengolahan sampah," terang Nana.

Perempuan berkacamata bening ini menambahkan, pewarna batik bisa diperoleh dari limbah sampah yang ada di pasar. Pengrajin batik juga bisa sekaligus menjadi pemulung sampah bekas sayur, kulit manggis, biji alpukat, pohon mahoni, kelengkeng, buah naga, dan lain sebagainya.

"Inilah yang dimaksud konsep eco ramah lingkungan. Dimana limbah pasar setelah dipakai, tidak mencemari lingkungan seperti pewarna kimia," tegasnya.

Terkait penanaman tumbuhan pewarna alam bersama Bupati, Nana mengatakan, ini sebagai langkah antisipasi banyaknya pesanan batik di masa depan. Artinya saat pewarna dari limbah pasar terbatas, pembatik bisa mengandalkan tumbuhan pewarna tersebut. [ali/rom]