Srawung Seni Sukorejo Kuatkan Masyarakat dan Seni

Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com - Dikenal dengan desa yang kental akan kesenian budaya tradisional, Desa Sukorejo, Kecamatan Parengan malam tadi kembali diguncang dengan aneka hiburan seni dari kolaborasi para Mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta berikut pegiat seni Jawa Timur lain.

Pentas yang dipusatkan di Lapangan Desa Sukorejo mulai pukul 19.30 WIB hingga menjelang tengah malam itu, termasuk misi dari tugas kuliah manajemen pertunjukan Program Studi (Prodi) Tari.

Aneka pertunjukan tari, seperti tari Rampak, Kalongking, Miyang, Cunduk Menur, Sandur, hingga Pencak dor yang lekat dengan irama tabuh gendangnya, menghibur ribuan warga masyarakat yang datang berbondong dari sekitar wilayah desa.

Ketua panitia, Moh. Vicky Rezqy Bayunugroho mengaku sangat terapresiasi oleh antusias warga yang membeludak memenuhi lokasi pentas. Bagaiman tidak, dalam kegiatannya bertema Budaya Pemersatu Bangsa bertajuk Srawung Seni Sukorejo begitu mengena dalam masyarakat.

"Warga Tuban bener-bener baik, solid, bisa menerima kita welcome banget," kata Vicky ketika dijumpai blokTuban.com usai acara.

Soal prinsip pemilihan lokasi pentas, Vicky bersama kawannya mengaku sengaja pentas di Desa Sukorejo. Sebab, lebih desa yang lebih dikenal dengan desa wisata seni akan mampu memberikan pelajaran berarti, tentang bagaimana keberadaan seni dan masyarakat yang masih terjaga harmoni.

Kendati persiapannya tak mudah, harus bolak balik Solo-Tuban selama 3 bulan terakhir guna koordinasi dengan dosen berikut tetua sanggar Desa Sidorejo, pihaknya mengaku telah jatuh cinta kepada desa Sukorejo.

"Harapan kita, semoga masih bisa ngadain acara lagi disini. Soalnya sudah jatuh cinta, sudah betah di Sukorejo," ujar mahasiswa ISI Surakarta Prodi Tari semester IV tersebut.

Mahasiswa ISI Surakarta lain, Yuri juga menuturkan hal yang sama. Atmosfer masyrakat pada geliat seni tradisional begitu hangat dirasakannya.

"Bagus sekali, suasananya hangat. Seni Karawitan tak hanya dari sanggar ISI tapi juga dari masyarakat luar, termasuk Tuban," papar mahasiswa asal Jepang yang belum begitu fasih berbahasa Indonesia itu.

Ini merupakan kali pertama Yuri berkunjung di Tuban, tepatnya di Desa Sukorejo Kecamatan Parengan. Sebagai mahasiswa tari, menurutnya tari tradisional Jawa memiliki arti dan makna begitu mendalam yang mesti diketahui oleh pemuda asli Jawa.

"Apalagi saya dari luar Jawa, ini pertama saya di Tuban. Tari jawa punya arti sangat dalam, jadi harus terus belajar," tutur gadis jepang yang juga penari tradisional itu berpesan.

Selain tari, pertunjukan Gambyong Pareanom, Gedrug MDTTG, Komunitas Reog Ponorogo ikut menambah semarak acara. Tak tertinggal, Karawitan dari Krida Siwi dan Yoga Laras melengkapi Srawung Seni Sukorejo bekerjasama dengan sanggar Ngripto Raras desa setempat.

Sementara itu, pemilik sanggar Ngripto Raras, Eko Hardoyo mengaku salut dengan totalitas para pegiat seni yang tergaris lurus antar studi dan kemasyarakatan. Sebab, nilai dari pada sebuah seni nantinya bakal dikembalikan pada asal lingkungan individu.

"Mereka bagus. Kemarin sempat komunikasi, ngomong sama Dosen ISI. Memang biar menguasai bagaimana manajemen pertunjukan. Tak hanya dari teknis, juga dari pengalian masyarakat untuk antusias kepada pertunjukan," beber Eko kepada blokTuban.com, Sabtu (22/6/2109). [feb/ito]