Teriknya Matahari Tak Jadi Kendala Pencari Tiram

Reporter: Nidya Marfis H.

blokTuban.com - Setiap air laut surut, Selamet (50), warga kelurahan Sukolilo bersama 6 temannya mencari tiram di balik batu-batu karang yang ada di pinggir laut.

Diusianya yang sudah memasuki separuh abad, Selamet yang bermodalkan sebilah pisau setiap air laut surut antara pukul 13.00 siang, ia mulai mencari tiram yang berada di balik-balik batu karang.

Teriknya matahari dan lancipnya batu karang sudah menjadi makanan sehari-hari. Sudah tiga tahun ini ia mengeluti pekerjaan ini.

"Sebelumnya ya kerja serabutan," ungkap Selamet.

Pekerjaan mencari tiram tidak menjadi pekerjaan tetep baginya, karena tiram tidak selalu ada.

Dalam setahun ia hanya mencari tiram enam bulan sekali di saat air laut sedang surut. Apabila tidak musim tiram, ia bekerja menjadi sopir panggilan.

tiram-1

Dalam sehari selama empat jam mulai pukul 13.00 siang hingga pukul 16.00 sore ia meperoleh satu ember kecil yang berisi sekitar satu sampai dua kilogram tiram.

Selanjutnya ia akan menjual tiram tersebut ke peternak udang untuk dijadikan pakan. Ia mencari tiram mulai dari pesisir laut dekat termimal baru Tuban hingga ke Lamongan.

"Satu kilogram saya jual Rp50 ribu,"ungkapnya.
[nid/rom]