Ancaman DBD, Perhatikan Siklus Perkembangbiakan dan Penularannya

Reporter: -

blokTuban.com - Penyakit demam berdarah dengue ( DBD) menjadi ancaman di berbagai wilayah Indonesia akhir-akhir ini. Hujan dengan intensitas tinggi turut menambah risiko penyebaran penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti ini.

Faktor yang mempengaruhi munculnya DBD antara lain kepadatan populasi nyamuk penular, karena nyamuk biasanya berkembang biak pada musim hujan.

Lalu, bagaimana perkembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti?

Nyamuk jenis ini berkembang di air yang bersih. Sehingga, usahakan lingkungan tempat tinggal terbebas dari segala sesuatu yang dapat menimbulkan adanya genangan air.

Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, satu nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dapat bertelur ratusan jentik di permukaan basah atau air tergenang.

"Satu nyamuk menelurkan 100-300 jentik," kata Nadia kepada Kompas.com, Jumat (1/2/2019).

Selama hidupnya, nyamuk ini memiliki hingga lima fase bertelur.

Induk nyamuk Aedes aegypti bertelur secara berpisah, yaitu tidak semua telur diletakkan sekaligus, melainkan tersebar di lebih dari satu tempat dan prosesnya berjam-jam atau berhari-hari. Telur berukuran sangat kecil, berbentuk lonjong memanjang.

Pertama kali diletakkan, telur tampak putih, tetapi dalam beberapa menit berubah menjadi hitam mengilap.

Adapun telur tersebut dapat bertahan selama enam bulan di tempat yang kering. Kemudian, telur akan menjadi jentik nyamuk dalam waktu dua hari hingga satu minggu.

Nadia menyampaikan, nyamuk akan menggigit manusia pada pagi dan sore hari.

Kita dapat mencegah perkembangan nyamuk dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M, yakni menutup, menguras, dan mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air.

Kita dapat menguras bak atau penampungan air dengan menyikatnya agar telur-telur nyamuk yang menempel dapat hilang.

Fogging atau pengasapan juga bisa menjadi salah satu alternatif memberantas nyamuk Aedes aegypti. Namun, fogging hanya dapat membunuh nyamuk dewasa.

Selain 3M, masyarakat dapat menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.

Penggunaan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, tidak menggantungkan pakaian bekas pakai, serta mengatur pencahayaan dan ventilasi rumah juga dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena penyakit DBD.

Nadia mengimbau masyarakat untuk memantau jentik di lingkungan sekitar.

"Mari kita lakukan gerakan satu rumah satu jumatik dengan kita menjadi juru pemantau jentik di rumah dan lingkungan kerja kita," ujar Nadia.

"Jaga diri kita dan anak kita dengan menghindari gigitan nyamuk dan bila demam segera ke puskesmas atau rumah sakit. Jaga kesehatan dalam cuaca seperti ini," kata dia.

Siklus Penularan DBD

Dilansir dari situs resmi Kemenkes, virus DBD biasanya menginfeksi nyamuk Aedes aegypti betina ketika menghisap darah seseorang yang tengah dalam fase demam akut (viraemia). Fase ini terjadi dua hari sebelum panas sampai lima hari setelah demam timbul.

Nyamuk menjadi infektif dalam waktu 8-12 hari (periode inkubasi ekstrinsik) setelah mengisap darah penderita yang sedang viremia dan tetap infektif selama hidupnya.

Setelah periode inkubasi ekstrinsik terlalui, kelenjar ludah nyamuk tersebut akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain.

Masa inkubasi penyakit DBD 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari.

Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) akan timbul gejala awal penyakit, seperti demam tinggi mendadak yang berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakkan bola mata, nyeri punggung, terkadang disertai adanya tanda-tanda pendarahan.

Pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, pendarahan saluran cerna, syok, hingga kematian.

*Sumber: kompas.com