Siasat Minimalisir Hama Tikus Lewat Burung Hantu

Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com - Masalah utama sektor pertanian adalah pengendalian hama, salah satunya ialah hama tikus yang merusak sebagian besar tanaman padi milik petani. Dalam hal itu, berbagai upaya telah diterapkan untuk mengendalikan serangan tikus, baik dengan cara teknologi modern, juga memanfaatkan pengendalian alami. Salah satunya dengan media Burung Hantu.

Pantauan lapangan blokTuban.com di sejumlah wilayah Tuban bagian selatan, tak sedikit petani yang menggunakan Burung Hantu sebagai pengusir hama tikus. Mengingat lagi, burung jenis ini memiliki sifat predator dengan buruan utama tikus.

Di Kecamatan Plumpang, seperti Desa Plandirejo, Bandungrejo, Klotok, serta desa sekitarnya sudah banyak menerapkan pola tersebut. Burung Hantu sengaja dibuatkan rumah sendiri, yang dikenal dengan sebutan Pagupon di sekitar pematang sawah.

"Di sini sudah banyak yang pelihara Burung Hantu. Petani biasanya membeli dulu beberapa untuk ditempatkan disawah, sedangkan Pagupon lain dibuat untuk memancing burung hantu liaran untuk tinggal di sana," ujar petani di Plandirejo, Nawar kepada blokTuban.com, Rabu (30/1/2019).

Dari awal proses tersebut sekitar 3 tahun terakhir, sambungnya, sampai saat ini sudah ada sekitar 50 lebih Burung Hantu yang menempati Pagupon di pematang sawah. "Ada juga rumah burung yang masih kosong belum ditempati," tambahnya.

Di wilayah lain, seperti Kecamatan Soko, metode pengendalian hama tikus dengan burung Hantu jenis Tyto Alba masih terbilang minim. Dari banyak desa yang ada di Kecamatan Soko, hanya ada satu dua Pagupon, bahkan satu wilayah pertanian ada yang masih nihil.

Namun begitu, UPTD Pertanian dan Ketahanan Pangan Kecamatan Soko yang beberapa waktu lalu telah melakukan study banding penangkalan hama secara alami di Pati Jawa Tengah. Dari hal itu, banyak Gapoktan desa memiliki kecendurungan untuk segera menerapkan pola tersebut.

Salah satu perwakilan Poktan dari Desa Kendalrejo, Kecamatan Soko, Fatkur mengaku sangat tertarik dalam pola pengendalian hama dengan cara memanfaatkan burung hantu. Menurutnya, upaya tersebut selain lebih aman dan alami, juga bertujuan untuk menangkar burung hantu yang mana populasi ya kini makin menurun sebab perburuan besar-besaran.

"Waktu itu study banding sama UPTD Pertanian dan perwakilan Poktan juga. Kita mempelajari pola Tyto Alba sebagai pengendali hama, disana sudah terbukti bagus," katanya mengulas giat study banding awal Januari lalu.

Dalam hal tersebut, pihaknya masih akan melakukan koordinasi lanjut pada petani dan Poktan lain di desanya. Bila sudah bulat, mereka akan segera menerapkan pola tersebut untuk memaksimalkan hasil panen para petani.

"Masih kita bicarakan lagi. Kepala Desa sepertinya juga tertarik dengan pola pengendalian hama itu. Ya, doakan semoga cepat direalisasikan. Sebab disini belum ada yang melakukan pola itu," pungkasnya. [feb/ito].