Manis itu Pahit

Peresensi : Ita Munawaroh

Novel berjudul Manis Itu Pahit menceritakan sesosok pemuda yang Mualim Fahmi, Dia tinggal di bukit dengan kesehariaannya mengajari anak-anak kecik membaca, menumis dan mengaji. Fasilitas tempat pendidikan tersebut di bangunnya sendiri dan itupun juga rumahnya dibagi menjadi dua, yang satu untuk tempat tinggalnya dan yang satunya untuk fasilitas pendidikan anak-anak kampung. 

Hari demi hari kehidupan Mualim Fahmi selalu sendiri, hanya ditemani burung berkicau saat pagi hari hendak bangun dari tudur.  Dan ketika malam hanya suara angin sepoi-sepoi yang menyapanya dan suara jangkrik-jangkrik tanah, sangat begitu hampa kehidupan Mualim Fahmi. 

Malam itu Mualim Fahmi berniatan hendak mendaki bukit untuk menikmati suasana malam hari. Dinginnya malam selalu di terobos, tetapi ditengah perjalanan Mualim Merasa ada yang aneh, mata Mualim lurus kedepan memandangi wanita yang sedang melakukan ritual di malam hari di bukit dengan sendiri. Wanita tersebut menghambur-hamburkan kantong yang dibawanya dan melanjutkan ritual lagi. Dari kejadian tersebut Mualim sangat takut. Dan dia pun bergegas kembali ke tempat tinggalnya dan tidak melanjutkan kegiatan mendaki bukit. 

Dari kejadian di bukit itu mualim selalu memikirkannya, wanita yang sempat ia pandangi tersebut memancarkan aura cahaya di wajahnya.tetapi dari lamunan tersebut tiba-tiba Mualim teringat kejadian masa lampaunya bersama Karimah, Itu adalah wanita yang Mualim cintai saat masih muda, tetapi wanita tersebut meninggal gara-gara kecelakaan bersama laki-laki lain. 

Hari demi hari kehiduapn Mualim selalu sendiri. Saat itu Mualim hendak silaturahmi ke rumah tetangganya,sesampai disana Mualim teringat wanita yang malam hari mengadakan ritual di bukit. Ternyata wanita tersebut adalah anak kiai dari desa ini yang benama Kunuz, dan ternyata wanita tersebut ritual untuk meminta pertolongan dari Maha Kuasa agar bisa menyembuhkan penyakit Ayahnya. Dari cerita tersebut Mualim baru menyadari kalau wanita tersebut sangat sayang terhadap Ayahnya. 

Dari kejadian setiap hari ritual untuk bisa menyembuhkan Ayahnya, Mualim pun berpendapat bahwa jangan minta pertolongan terhadap siapapun selain Allah, dan kalau ingin bisa mengetahui penyakit yang diderita oleh Ayahmu maka cepat bawa ke dokter. Dari pendapat seperti itu. Kunuz Tidak menyetujui pendapat dari Mualim, karena. Kunuz sudah percaya bahwa dewa gunung pun bisa menyembuhkan penyakit Ayahnya. 

Ritual selalu dijalani setiap hari, malam pun tiba. Kunuz Bermimpi dia bertemu dengan dewa gunung bahwa segera untuk membawa ayahnya ke dokter. Agar penyakitnya bisa sembuh. 

Kini Mualim pun datang kerumah Kunuz menjenguk ayahnya. Dan menanyakan kabarnya, tapi disisi lain Mualim heran dengan raut wajah Kunuz yang murung dan Mualim pun bertanya. Setelah cerita Mualaim pun berkata ya jadi benar bahwa "Dewa Gunung juga sependapat dengan saya untuk mengajak Ayahmu datang ke dokter," ujarnya. 

Pagi itu bersama Ayahnya pergi ke kota untuk memeriksakan Ayahnya dengan naik kapal dan disambut salam perpisahan oleh warga di pelabuhan,  sesekali hati Mualim pun tersentak kenapa dirinya selalu kehilangan wanita yang di cintai memang dulu sama sekarang hatinya sama saja tidak ada yang beda.  Dan kini salam perpisahan dari Kunuz. Pun berada di depan mata di pelabuhan ini di pagi hari. 

Cerita dalam novel ini menarik untuk dicermati, selain itu bukunya yang tipis membuat pembaca bisa menghatamkan bacaan sekali duduk. Namun sayangnya, biografi penulis tidak tercantum dalam novel. 

 

Identitas Buku

Judul : Manis Itu Pahit

Penulis : FuadThulbah

Penerbit : PT RAJAGRAFINDO PERSADA

Tahun Terbit : 2005

Jumlah halaman : 87 halaman