Kayu Besar dan Gelang Emas Pernah Ditemukan Warga di Jembatan

Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com -‎ Baru-baru ini Jembatan Ngagungan, Jalan Raya Kedungjambe, Kecamatan Singgahan tengah melalui tanggap darurat setelah beberapa waktu lalu mengalami kerusakan, yakni runtuh pada bagian kaki penyangga.

Namun demikian, terdapat sejumlah cerita menarik tentang sejarah perkembangan jembatan, dari zaman pemerintahan Belanda hingga ‎peristiwa runtuh bagian kaki penyangga sehingga menyebabkan peralihan arus kendaraan dari Jatirogo-Bojonegoro ataupun sebaliknya.

Dari penuturan warga masyarakat setempat, lama sebelum adanya Jembatan yang dilakukan rehab pada tahun 1995, dengan menambah lebar kaki penyangga cor dan akses aspal di jembatan ‎sejumlah 2 meter, dahulunya terdapat jembatan lawas yang berada di sisi selatan jembatan Ngagungan.

"Dulu jalannya nggak kelok gini. Zaman dulu ada jembatan dari kayu sebelah setan itu, jalannya agak lurus," ujar warga setempat, Darji (51) kepada blokTuban.com, Rabu (8/8/2018).

Masih kata Darji, terdapat tiang penyangga yang saat ini telah tertutup semak rimbun tepian bawah Jembatan. Sementara bagian jembatan yang terbuat dari besi dan kayu telah roboh sekitar tahun 1956 setelahnya, jalan dialihkan bersamaan fungsi jembatan Ngagungan yang diperhitungkan dibuat sekitar tahun 1942-an.

Pasca robohnya jembatan lama, warg‎a setempat banyak memanfaatkan sisa kayu dari jembatan masa penjajahan Belanda itu. Tak sedikit warga yang ikut berburu kayu bekas jembatan, bahkan setelah dihancurkannya tiang penyangga ‎jembatan lama pada tahun 2004, ditemukan kayu jati yang terbungkus semacam cor dari bekas tiang jembatan.

Tak hanya itu saja, dalam remukan tiang penyangga jembatan lama tersebut juga ditemukan sebuah perhiasan gelang kuno, jenis emas murni dengan berat 20 gram.

"Warga sini juga nemuin gelang emas murni dua puluh gram, perkiraan masyarakat sini sih menurut tradisi Jawa, gelang itu sengaja dilibatkan pas pembuatan jembatan, sebagai tumbal keselamatan," terangnya.

Beranjak pada Jembatan Ngagungan sendiri, di mana warga sekitar mempercayai kekuatan dan kekhasan model bangunan zaman Belanda cukup kokoh pada masa lalu. Dapat dilihat pada kedua sisi penyangga jembatan, nampak kontruksi unik kaki penyangga cor bentuk huruf "n" beserta lubang yang tertutup pada bagian tengahnya.

Terkait hal itu, Kepala Dinas (Kadis) PU Bina Marga Jawa Timur (Jatim), Gatot S Hadi dalam kesempatannya meninjau progres tanggap darurat bencana beberapa waktu lalu menerangkan, bahwa bentuk bangunan tersebut bukanlah tren ataupun mode pada masa lalu. Namun lebih tepatnya untuk penghematan biaya saja.‎

"Bukan mode atau tren, tapi penghematan biaya. Bisa dilihat dari perhitungan gelagar. Seandainya bentangan cukup kuat, perhitungan gelagar‎ juga menyesuaika‎n," jelas Kadis PU Bina Marga Jatim menerangkan. [feb/ito]