Kebahagiaan 

Oleh: Mochamad Nur Rofiq 

blokTuban.com - Orang-orang ahli pikir agaknya tidak pernah berpendapat tentang tafsir atau interpretasi suatu persoalan, sebagaimana mereka berbeda pendapat tentang tafsir kata bahagia. 

Hal yang demikian itu dikarenakan bahagia itu termasuk sesuatu yang disebut relatif dan pelengkap. Bahagia itu bukan merupakan sesuatu yang baik, yang disepakati semua orang. Namun bahagia itu merupakan sesuatu yang baik menurut seseorang yang memandangnya baik.

Mungkin si Zaid menilai baik pada suatu perkara, dan dia menganggapnya sebagai hal yang membahagiakan, serta menganggap orang yang menerima sesuatu disebut sebagai orang yang bahagia. Tetapi Amar melihat sesuatu itu dan menganggapnya sebagai bencana, serta menganggap orang yang menerima suatu tersebut sebagai orang yang celaka.

Kebahagiaan itu sama halnya dengan kecantikan. Banyak pendapat dan pemahaman tentang itu dan interpretasinya berbeda, karena kecondongan setiap orang memang berbeda-beda. Kepastian pemikiran itu kembali pada perasaan dan kecenderungan masing-masing individu. aneka ragam perbedaan dalam menilai kebahagiaan itu, semata-mata timbul dari  ragam perasaan dan kecenderuanekangan.

Sebagian orang ada yang berpendapat bahwa kebahagiaan itu terletak pada kebebasan, makan, minum, kesenangan, pakaian, menghabiskan waktu untuk rekreasi dan bersenang-senang. 

Ada lagi beranggapan, bahwa kebahagiaan itu terletak pada mencari uang dan menyimpannya dalam kotak. 

Ada yang berpendapat, bahwa bahagia itu terletak pada membaca buku-buku, mendalami ilmu-ilmu yang penting-penting, dan membicarakan atau mendiskusikan tentang makna-makna yang terkandung dalam beberapa karya sastra. 

Ada lagi pendapat yang mengatakan, kebahagiaan itu ada pada perbuatan menyendiri di tempat yang sepi, jauh dari keramaian, menjauhi hidup mewah dan serba ada. 

Di antara orang-orang yang tersebut di atas ada yang menyangka, bahwa kebahagiaan itu ada pada kekuasaan. Karena dapat memilih secara bebas, siapa yang berhak diangkat menjadi pejabat dan siapa yang perlu di lengserkan atau dipecat dari jabatannya, agar mereka loyal kepadanya dan menuruti kemauannya.

Orang yang memperoleh kebahagiaan, ialah orang-orang yang melihat sesuatu dengan akal pikiran. Kemudian ia menetapkan garis tengah sebagai jalan yang harus dilaluinya dalam mencapai berbagai persoalan. Jalan tengah inilah yang disebut i'tidal, yakni berlaku sedang. Sedangkan i'tidal dalam segala sesuatu itu adalah yang menyebabkan tercapainya kebahagiaan.

Perilaku sedang dalam hal makan dan minum, merupakan fungsi utama keselamatan jasmani dari berbagai penyakit dan gangguan-gangguan.

Perilaku sedang dalam rekreasi dan mencari hiburan, menyebabkan tubuh kegembiraan dan pulih semangat dalam jiwa serta dapat menghilangkan kepenatan badan. Jika tidak pernah sama sekali rekreasi dan mencari hiburan, maka jiwa menjadi tidak bersemangat. Sebaliknya jika berlebihan atau terlalu sering pelesir dan mencari hiburan, akan menimbulkan kemalasan, kelelahan, dan cenderung melakukan hal-hal yang merusak moral.

Berlaku sedang atau sederhana dalam mencari uang dan membelanjakannya, dapat menunjukkan ke arah yang baik dalam cara bekerja dan mendorong meninggalkan kerakusan dalam mengumpulkan harta halal dan tidak halal. Sedangkan kesederhanaan bekerja itu dapat menunjukkan pada cara-cara menginfakkan harta, sesuai dengan hukum agama. Sehingga orang yang bersangkutan tidak menjadi orang yang kikir dan tidak pemboros. Tetapi dia bisa hidup dengan penuh kebahagiaan dan berkecukupan.

Berlaku sedang dalam belajar dan pengkajian tentang ilmu pengetahuan, dapat menyebabkan hati terasa senang dan dapat mengusir kejenuhan dan kebosanan.

Mencari kebutuhan hidup didunia dan mencari ilmu serta amal untuk kepentingan agama disertai memperhatikan hal-hal yang menyehatkan badan dan menjernihkan akal pikiran itu, merupakan jalan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Adapun menekan hati agar jauh dari sifat-sifat tidak terpuji dan bersih dari sifat-sifat kesombongan, merupakan ketinggian harga diri yang terpuji, yang menyebabkan jiwa menjadi mulia dan agung. Sebab, dia tidak mau menjadi hina dan selalu menjaga dirinya jangan sampai menjadi sasaran penghinaan. Menghina orang lain atau mementingkan diri sendiri dan monopoli hak orang lain.

Semua yang diterangkan di atas, berupa keterangan-keterangan berkaitan dengan sikap sedang dalam berbagai persoalan itu, dapat menimbulkan kerugian bagi orang yang memiliki sikap sedang dan berperilaku sederhana, yang kebahagiaan tersebut membuat hidupnya tentram dan kehidupannya senang.

Barangsiapa yang ingin merasakan kebahagiaan dalam diri, keluarga, harta kekayaan, anak keturunan, teman-teman semua usahanya, maka harus menempuh yang melalui jalan tengah atau sedang. Untuk menempuh jalan tengah atau sedang ini, harus berpatokan pada ajaran agama, akal pikiran, dan perasaan. Tiga hal itulah patokan terbaik dalam mengambil sikap tengah-tengah.

Wahai generasi muda yang mulia, sesungguhnya jalan menuju kebahagiaan itu terbentang di hadapanmu. Carilah kebahagiaan dalam ilmu dan amal saleh, serta akhlaq yang terpuji. Jadilah orang yang selalu mengambil sikap tengah-tengah atau sedang dalam segala persoalan, pasti engkau akan menjadi orang yang bahagia. [rof/ono]