Pantai Tuban Pintu Gerbang Agresi Militer II

18 Desember 1948 pukul 20.00 WIB, pasukan marinir Belanda mendarat di Pantai Glondonggede Tuban sambil melepaskan tembakan secara membabi buta.

Reporter: Edy Purnomo, Tim Invetigasi

blokTuban.com – Serma Lasiban dan Kopral Karmono mengamati pergerakan pasukan Belanda yang berusaha mendarat dengan diam. Begitu juga dengan pasukan-pasukan gerilya Indonesia yang terus melakukan pengintaian dengan penuh kewaspadaan. Mereka tidak melakukan penyerangan sesuai dengan perintah komandan mereka sebelumnya, Letda Soetadi.

[Baca sebelumnya: Pengintai Kapal Belanda di Tuban ]

Beberapa sumber yang didapat blokTuban.com, pantai yang menjadi lokasi pendaratan pasukan Belanda saat itu berada di sekitaran lokasi pelabuhan PT Holcim. Kondisi perairan di tempat itu memang lebih dalam dibanding dengan lokasi perairan lain di pesisir Tuban.

Dulu, tidak jauh dari lokasi pendaratan yang sekarang menjadi pelabuhan itu terdapat satu gubuk yang difungsikan sebagai menara tempat pengintaian. Lokasinya sekarang tepat berada di sisi utara petigaan Desa Glondonggede, Kecamatan Tambakboyo. Gubuk itu sudah roboh sekitar tahun 1995’an karena lapuk dimakan usia.

“Memang benar ada gubuk yang digunakan pengintaian, tapi sekarang sudah hilang karena rapuh,” kata Kepala Desa Glondonggede, Kastur.


Pasukan Belanda mengawali pendaratan dengan satu perahu karet tanpa mesin berisi pasukan khusus menuju sisi timur pantai Glondonggede. Setelah memastikan tidak ada gangguan dari tentara Indonesia, mereka langsung menghubungi pasukan yang menunggu di kapal untuk mendarat menggunakan beberapa sekoci. Proses pendaratan pertama ini berjalan semalam suntuk tanpa henti.

“Menurut taksiran kekuatan pasukan sebesar satu batalyon dan 44 buah kendaraan besar dan kecil,” mengutip hasil wawancara bersama mantanKomandan ODM Tambakboyo, Letnan Dua B.K. Nadi, yang mengaku melihat dan menghitung sendiri dari tepi jalan Desa Gadon di sisi barat Tambakboyo(Panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe, 1985:230).

agresi-2c

CatatanDewan Harian Cabang 45, Peristiwa Perjuangan Dalam Agresi II di Kabupaten Tuban dan Pembudayaan Nilai Kejuangan Melalui Napak Tilas, 2005, menggambarkan jumlah kendaraan lebih mendetail.Sebanyak 44 kendaraan yang diturunkan Belanda di 18 Desember 1948 malam adalah berupa truck, jeep, open cup, panser, dan sedan.

Setelah berhasil mendarat di pantai pasukan membagi menjadi dua rombongan. sebanyak 41 kendaraan menuju ke arah barat menuju ke pertigaan Bulu, Kecamatan Bancar (+_ 10 kilometer dari pantai Glondonggede). Di sini, kendaraan dibagi menjadi dua rombongan lagi, satu rombongan menuju ke arah selatan dan berusaha menempuh sekitar 16 kilometer menuju Kecamatan Jatirogo, sementara satu rombongan terus ke arah barat menuju ke wilayah Kragan, Rembang, Jawa Tegah. Dari Kragan rombongan ini membelok ke selatan dan memasuki Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban dari arah barat.

Sementara 3 kendaraan lain, masing-masing satu truk, satu open cup, dan satu panser menuju ke arah timur. Menurut laporan Pasi I KDM Tuban, Letnan Muda Soetomo rombongan kendaraan itu melintasi Kecamatan Jenu dan meninggalkan sebagian tentaranya untuk membuat pos, kemudian dilanjutkan menuju Kecamatan Tuban, dan membuat pos di wilayah Kepet, Semanding, dan terus melanjutkan perjalanan menempuh rute menuju ke Babat, Lamongan.

“Sebagai catatan, sejak pendaratan Belanda tanggal 18 Desember 1948 saluran telepon ke Tuban sudah terputus atau mungkin diputus oleh pihak Belanda sehingga hubungan telepon antara Tambakboyo dan Tuban sudah tidak bisa lagi,” (Dewan Harian Cabang 45, Peristiwa Perjuangan Dalam Agresi II di Kabupaten Tuban dan Pembudayaan Nilai Kejuangan Melalui Napak Tilas, 2005).

Pendaratan kedua dilakukan keesokan harinya, 19 Desember 1948. Merasa lebih percaya diri, Belanda sama sekali tidak mengeluarkan tembakan ketika proses pendaratan. Ada 20 kendaraan perang lagi yang turun dan langsung menuju ke timur. Sebagian rombongan ini menduduki kota Tuban dan sebagian lagi menempuh rute ke timur dari Tuban menuju arah Pakah, dan dari pertigaan Pakah ambil jalur menuju ke Rengel. Pasukan sempat berhenti untuk membentuk pos di Rengel dan meninggalkan sebagian pasukan lagi di sana,sementara sisanya langsung bertolak memasuki wilayah Kabupaten Bojonegoro.

agresi-2b

Kembalinya pasukan Belanda melalui pantai Tuban didorong keinginan buat kembali menguasai sumur-sumur minyak mentah yang banyak tersebar di Kecamatan Senori Kabupaten Tuban, Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro, dan juga di Kecamatan Cepu Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Informasi kedatangan pasukan Belanda cepat tersebar ke kantong-kantong gerilya. Terutama di pasukan Batalyon dari Brigade Ronggolawe Karasidenan Bojonegoro pimpinan Letkol Soedirman, yang berpusat di Kabupaten Bojonegoro.

Pasukan-pasukan yang ada di Tuban diminta untuk terus melakukan pengintaian dan menghitung kekuatan musuh. Sementara gerilyawan yang lain berusaha melakukan hambatan dengan merusak jalan dan jembatan, serta melakukan gangguan dan serangan kecil di sepanjang rute yang dilewati pasukan Belanda.

Upaya-upaya mengganggu oleh pasukan gerilya dinilai berhasil. Catatan di buku Brigade Ronggolawe, beberapa kali kendaraan perang Belanda terjebak dalam kubangan lumpur dan itu menyebabkan mereka terlambat sampai ke tujuan, yakni menguasai sumber minyak.


Perlawanan sengit selama setahun pendudukan Belanda ingin kembali menguasai Indonesia, dipusatkan di wilayah Tuban bagian selatan (Rengel, Singgahan, Bangilan, Montong, Senori, Jatirogo) dan juga Kabupaten Bojonegoro.

Bersambung...

Sumber:
1. Catatan Dewan Harian Cabang 45, Peristiwa Perjuangan Dalam Agresi II di Kabupaten Tuban dan Pembudayaan Nilai Kejuangan Melalui Napak Tilas, 2005.

2. Panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe, 1985:230.


Keterangan foto:
1. Proses Pendaratan pasukan Marinir Belanda dalam Agresi Militer II di Desa Glondong Kecamatan Jenu pada 18 Desember 1948. Dokumentasi foto milik Leen Camps - Van Der Zander, veteran Belanda yang ikut misi operasi 'Zeemeeuw', 18 Desember 1948.

2. LTZ 1 C.H. Frijlink memberikan sebuah petunjuk kepada anak buah kapal tentang pendaratan LST ke Glondong pada 18 Desember 1948. Dokumentasi foto milik Leen Camps - Van Der Zander, veteran Belanda yang ikut misi operasi 'Zeemeeuw', 18 Desember 1948.

3. Aktivitas nelayan di Desa Glondonggede, Kecamatan Tambakboyo, di sisi barat pelabuhan PT Holcim, yang disebut sebagai tempat pendaratan pasukan Belanda. Dokumentasi foto milik blokTuban.com.