Calak Muda yang Semakin Tergerus Zaman (1)

Reporter: Edy Purnomo

blokTuban.com - Profesi calak, atau tukang khitan tradisional semakin tergerus zaman. Saat ini orang tua tampaknya lebih mempercayakan anaknya di khitan dengan bantuan mantri atau dokter.

Orang yang bekerja sebagai calak mulai jarang dijumpai dan rata-rata sudah berusia sepuh. Para pemuda? dipastikan sudah jarang yang meminatinya.

Tapi, itu tidak berlaku bagi Muh Ma'sum Al-Hidayat, 36 tahun. Warga Dusun Tanggungan, Desa/Kecamatan Plumpang, itu mengaku sudah menjadi calak sejak 10 tahun lalu. Tepatnya sejak berusia 26 tahun.

"Tidak ada alasan khusus, karena ini adalah pekerjaan turun temurun yang sudah dilakukan keluarga," kata Ma'sum kepada blokTuban.com.

Ayahnya, Haji Muh Nadjib, adalah seorang calak. Begitu juga dengan Pak de, kakek, maupun kakek buyutnya. Ma'sum sendiri belajar calak langsung dari ayahnya.

"Dulu kalau ayah menyunat anak saya ikut, dari situ kemudian saya juga belajar," kenang Ma'sum.

Selain mengkhitan anak di rumahnya, Ma'sum sudah bertahun-tahun dipercaya sebagai calak khitan massal setidaknya di tiga tempat. Setiap tahun, minimal dia mengkhitan massal di Makam Sunan Bonang dan Makam Asmoro Qondi Tuban, dan juga diminta mengkhitan di kawasan Kauman Bojonegoro.

Ma'sum sadar profesi calak sudah ditinggalkan generasi muda. Dia sendiri mengaku belum menjumpai calak yang seusia dengan dia.

"Kalau yang sudah sepuh masih ada, tapi saya belum pernah ketemu yang seusia saya," terangnya.

Dia sendiri selalu memastikan peralatan yang dipergunakan selalu aman dan higienis. Ada doa-doa yang dipanjatkan agar prosesi khitan berjalan lancar. Anak yang dikhitan juga didoakan supaya menjadi anak yang soleh dan berguna.

"Panggilan khitan rasanya semakin banyak, mungkin karena calaknya yang semakin jarang," imbunya. (Bersambung). [pur/ito]