Al-Quran dan Nilai Luhur Pancasila

Oleh: Toyiz Zaman*

Jika di Madinah lahir konsep kepemimpinan atas dasar persatuan dan kebebasan (Piagam Madinah) yang dipelopori oleh Baginda Muhammad Saw, maka di Indonesia ada Pancasila yang mengusung prinsip Bhinneka tunggal ika (persatuan diatas perbedaan) yang dipelopori oleh Soekarno. Keduanya adalah manifestasi dari sumber hukum tertinggi Tuhan yakni Al-Quran Al-Karim yang sama-sama mempunyai visi persatuan bertahtakan keberagaman.

Tidak ada sistem dalam kehidupan yang tak disinggung dalam Al Quran yang dikombinasikan dengan As-Sunnah. Di dalamnya mengatur prinsip ibadah, muamallah dan hukum-hukum yang berkaitan dengan kehidupan, baik sebagai individu, kelompok sekaligus berbangsa dan bernegara. Baik dari segi perkara kecil dan ringan sampai dari perkara berat dan susah bahkan dari saat kita hidup hingga mati sampai hidup lagi, semua disinggung dalam kemuliaan hukum Al Quran.

Perbedaan adalah sebuah keniscayaan dan Tuhan menghendaki demikian, jika saja Tuhan menjadikan manusia di muka bumi ini menjadi umat yang satu maka itu sangat mudah bagi Dia (lihat Quran 11:181). Sekali lagi, Dia tidak menginginkan yang demikian. Firman Allah dalam kalamnya yang Mulia berkaitan dengan hal tersebut adalah “ yaa ayyuhannaasu innaa kholaqnaakum min dzakarin wa unstaa wa ja’alnaakum syu’uban wa qobaaila lita’aarofuu” (QS. 49:13) yang artinya, Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling kenal-mengenal”.

Sejalan dengan prinsip tersebut Indonesia merupakan negara yang kompleks nan kaya akan keberagaman, mulai dari bahasa yang berbeda-beda mengidentitaskan asal daerahnya masing-masing, kemudian ada keyakinan beragama, ras, budaya yang berbeda-beda sampai organisasi Islam yang berbeda-beda dan semua keberagaman yang dimilikinya, menandakan kemajemukan bangsa ini dalam berinteraksi satu sama lain.

Dalam hal kepemimpinan, menengok sejarah pemerintahan Nabi Muhammad di madinah dengan konsepsi Piagam madinah-nya yang juga merupakan peradaban negara modern pertama yang berkembang saat itu. nabi yang sebagai representasi Al Quran mengajarkan agar toleran dan berperadaban dalam mengatur kepemerintahan yang heterogen. Sifat egaliter harus dimiliki dan menjadi sifat dasar bagi pemimpin negeri dengan menjalankan nilai-nilai yang terkandung oleh kitab suci agar unity (kesatuan) tetap terjaga meski dengan kelompok yang bermacam-macam.

Karena pada prinsipnya dalam sebuah negara adalah keadilan dan kebebasan dalam memegang dan memilih keyakinannya masing-masing, dan tidak ada paksaan dalam beragama. selama kesepakatan tersebut memberi kemanfaatan dan ketenangan hidup bagi pemeluknya dan dalam rangka melindungi antara hak yang satu dengan yang lain.

Pancasila sebagai dasar negara sekaligus ideology bangsa memiliki peran penting sebagai tolok ukur pribadi bangsa, keberadaannya seakan menjadi monitor pergerakan dan acuan dalam bertindak agar perilaku bangsanya koheren dengan nilai-nilai pancasila itu sendiri.

Relasi Al-Quran dan Pancasila

Pancasila memiliki lipa prinsip atau lima sila yang menjadi pedoman. Lima prinsip inilah yang menjadi acuan dan patokan negara. Kesemuanya itu mengatur dan memprioritaskan tentang ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah mufakat, dan keadilan sosial. Dan Al Quran telah memberi pemahaman bagaimana kesemuanya itu dijalankan dengan sebaik-baiknya untuk kehidupan yang beragam itu sendiri.

Adapun Ketuhanan, setiap warga negara indonesia wajib memiliki keyakinan dalam beragama, karena nilai-nilai dalam beragama akan membawa pengkutnya pada esensi kebajikan yang kemudian akan membantu terwujudnya asas pancassila itu sendiri. Sedangkan Al-Quran pun demikian adanya mewajibkan kepada pemeluknya agar meyakini kepada hanya satu Tuhan yakni Allah Swt, hal ini tertuang dalam Quran surah al ikhlas ayat pertama.

Kemanusiaan, yakni mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sejalan dengan itu dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa tidak dianggap beriman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Juga disingung dalam Al Quran surah An-Nisa’ ayat 135.

Persatuan, Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Nilai tersebut termaktub dalam Al Quran surah Al-Hujurat ayat 13 yang menyinggung tentang persatuan meski berbeda suku dan bangsa.

Musyawarah mufakat, Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. dalam setiap persoalan hendaknya diselesaikan dengan musyawarah guna menemukan solusi atas nama kesepekatan bersama. Hal ini senada dengan ayat Quran yang berbunyi “sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka” (QS Asy Syuro,38).

Keadilan sosial, Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Al Quran sangat menjunjung tinggi nilai keadilan dan ini merupakan perintah secara gamblang untuk umat manusia, baik dalam tampuk kepemimpinan yang harus adil dan dalam masalah sehari-hari. Al Quran menegaskan perintah keadilan itu dalam surah An-Nahl 90. Artinya, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan”.

Pancasila Sebagai Identas

Pancasila sebagai identitas sebuah bangsa turut memberi kontribusi penting bagi terwujudnya nawacita bangsa ini. nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila bukan sekadar nilai teoritis yang tidak membutuhkan perwujudan yang lebih real, lebih dari pada itu adanya nilai pancasila itu masih hidup adalah karena identitas yang bersifat teoritis itu dilaksanakan dalam bentuk identitas praktis (nyata), sehingga pancasila benar-benar menjadi nilai yang diresapi kemudian dipraktikan dalam setiap lini kehidupan berbangsa dan bernegara oleh sgenap warganya. Karenanya, dengan adanya pancasila sebagai asas, landasan dalam bernegara, maka tugas kita adalah memahami dan mengihidupkan nilai-nilai pancasila itu kedalam setiap aspek kehidupan.

Karena dengan mengedepankan toleransi dan kebersamaan-lah keberagaman yang ada tidak akan jadi sebuah masalah apalagi sumber masalah melainkan akan menjadi kekuatan diatas keberagaman. Mengutip apa yang disampaikan Gus Dur maka, Indonesia ada karena keberagaman.

 

*Penulis Mahasiswa (smster 6) jurusan Komunikasi Penyiaran Islam/KPI Fakuktas Dakwah dan Komunikasi