Energi Gratis Dari TPA Gunung Punggung

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Gas Metana yang dihasilkan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) harus ditangkap. Sebab gas tersebut memiliki potensi merusak lapisan ozon. Ketika ozon rusak, maka akan terjadi radiasi matahari yang langsung mengenai bumi.

Apabila gas CH4 tidak diambil resikonya terjadi emisi ke atmosfer atau menyebabkan polusi bau. Naiknya konsentrasi gas rumah kaca, dan terjadi ledakan bahkan kebakaran di area TPA.

Untuk itu, sejak tahun 2010 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, Jawa Timur, telah mengembangkan gas Metana atau CH4 dari proses pengolahan sampah di TPA Gunung Punggung, Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding. Hingga saat ini, ratusan Kepala Keluarga (KK) Dusun Panggungsari, dan Asemsumber telah menikmatinya.

"Masyarakat bersyukur, sudah tujuh tahun terakhir memperoleh gas gratis dari TPA," ujar warga Dusun Asemsumber, Kardi.

Bagi Kardi, sebagai pekerja serabutan sangat terbantu, dan berterimakasih kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) selaku pengelola. Diungkapkan dia, sebelum ada gas gratis, ia dapat menghabiskan dua sampai tiga tabung gas LPG 3 Kg dalam sebulan. Gas yang diberikan secara cuma-cuma tersebut, kini sudah dinikmati sekitar 100 orang.

Hal tersebut dibenarkan pengawas TPA Gunung Panggung, Sugeng Abrianto. Pria yang telah mengabdi selama 20 tahun itu, mengungkapkan bahwa gas Metana merupakan salah satu kontribusi TPA kepada warga sekitar.

Selain itu, ibu-ibu yang bermukim di sekitar TPA juga berkesempatan ikut memilah sampah setiap harinya. Hasil sampah anorganik yang terkumpul, langsung dijual di bank sampah TPA.

"Gas CH4 yang kini dinikmati warga di dua dusun semua gratis, termasuk pipa dan kompornya," beber pria yang berdomisili di Perum Tasikmadu, Kecamatan Palang itu.

Sementara, Kasi Pengolahan Sampah TPA Gunung Panggung DLH Tuban, Supriyadi Susanto, menjelaskan, kewenangan TPA sebelumnya ada di Dinas Pekerjaan Umum (PU). Sejak tahun ini, pengelolaan sepenuhnya diserahkan kepada DLH Tuban.

"Gas gratis tersebut dapat digunakan warga selama 24 jam," imbuh pria asli kota Pahlawan, Surabaya itu.

Diketahui, TPA seluas 3,8 hektar ini memiliki 9 pegawai. Beberapa fasilitas yang ada mulai tempat edukasi bagi pelajar, tempat pengomposan, dan gedung pemilahan sampah.

Untuk proses kerja pembentukan gas Metana, pertama bagian bawah sampah sudah dipasang beberapa kerikil atau batu. Kedua petugas memasang pipa berlubang sebagai jalur gas.

Setelah sampah datang ke TPA sebanyak 40 ton saban hari, langsung diratakan dengan alat berat. Setelah terjadi dekomposisi akhirnya menghasikan gas Metana (CH4), Karbondioksida (C02), dan Air (H20).

Gas CH4 dan CO2 langsung mengalir ke instalansi penangkapan gas. Untuk sampai ke rumah warga, harus didorong pompa blower dengan tekanan 40 Psi.

Untuk pipanya sendiri harus berbahan paralon. Apabila menggunakan besi akan cepat mengalami korosi, karena ada kandungan CO2. [rof/ito]