Setia Bergelut dengan Batu Mulia

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Siang kemarin, lalu lintas Jalan Basuki Rahmat Tuban cukup ramai, begitu juga lapak tempat Didik Irawan menjajakan dagangannya. Bisnis batu akik yang sempat booming dua tahun lalu, rupanya masih setia dilakoni pria kelahiran 1980 silam tersebut.

Bagi Didik yang memiliki panggilan karib Borju tersebut, ia sedang menikmati hobby. Ia bukan menjual lantaran terbuai ketenaran akik. Sebab itu, berdagang batu akik menjadi sumber mata pencaharian yang cukup untuk menghidupi keluarganya.

"Satu bulan rata-rata omzetnya mencapai Rp2 juta sampai Rp5 juta," katanya di sela mengasah batu mulia menjadi batu bernilai ekonomi.

Setiap harinya ia menggelar lapak dari meja persegi panjang di depan Hotel Tropis Tuban. Kendati batu akik tidak seterkenal awal tahun 2015 lalu, ia masih bertahan lantaran ia memang menggemari batu akik sejak duduk di bangku SMA.

"Baru dua tahun ini berjualan secara resmi, sebelumnya jual beli batu akik secara perorangan," kata laki-laki yang memiliki Gemstone Identiciation Card - Natural Grossular Garnet itu.

Ratusan bentuk dan macam batu akik kini ia perjual-belikan. Berbagai macam batu mulia, dari bacan, pirus, permata dan lainnya, serta beberapa bentuk mulai kotak, persegi panjang dan elips dipajang.

Untuk mendapatkan bahan baku batu, tidak jarang ia berburu langsung untuk mendapatkan batu mulia berkualitas. Pacitan dan Purbalingga kerap ia datangi. Sebab harga batu akik juga dipengaruhi kadar kepadatan dan kualitas bahan baku. Sedangkan untuk memasok ring yang berbahan titanium ia mengirim langsung dari Jakarta dan Surabaya.

Laki-laki asal Kelurahan Sendangharjo, Kecamatan Tuban kota ini membandrol cincin bermatakan batu akik dengan harga yang cukup bervariasi. Harga paling murah berkisar Rp150.000, sementara harga termahal bisa mencapai Rp1 juta hingga Rp3 juta tergantung jenis batuannya.

Tidak jauh dari lapaknya, terdapat alat asah batu. Dari alat tersebut ia mampu memenuhi permintaan pembeli. Dengan itu, ia dapat memuaskan pembeli yang terkadang memiliki keinginan sendiri-sendiri.

"Dari sekian banyak pembeli, yang banyak dari kalangan PNS," ujarnya. [dwi/col]