Belajar dari Porkab IV Tuban 2016

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Pekan Olahraga Kabupaten (Porkab) Tuban ke-IV telah rampung digelar pada Minggu (6/11/2016), bersamaan dengan laga final Cabang Olahraga (Cabor) Sepakbola yang diselenggarakan di Stadion Lokajaya, kebanggaan warga Tuban.

Tentu pada kompetisi dua tahunan ini banyak kekurangan-kekurangan yang perlu dijadikan cambuk untuk berhijrah ke arah yang lebih baik. Dengan harapan, di tahun yang akan datang tidak lagi menjadi bomerang yang menyakitkan bagi event olahraga bergengsi di Bumi Wali, sebutan kota Tuban.

Diketahui sebelumnya, pada Cabang olahraga (Cabor) Bulutangkis pada Jumat (28/10/2016) dikejutkan dengan meninggalnya seorang atlet bernama Iqbal Ridho Novian akibat tersengat listrik dari tiang penyangga lampu penerangan di Gedung Olahraga (GOR) Rangga Jaya Anoraga.

Atlet asal Desa Besowo, Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban itu juga tercatat sebagai pelajar di SMA Negeri Jatirogo. Dirinya menjadi salah satu atlet yang ikut bertanding di Cabor Bulu Tangkis yang digelar hari Jumat (28/10/2016).

Selanjutnya, pada Rabu (2/11/2016), mayoritas kontingen cabang olahraga (Cabor) pencak silat dari sejumlah kecamatan melakukan boikot pertandingan Porkab IV. Mereka menilai, pertandingan penuh kecurangan oleh oknum juri yang dianggap sangat parah dan tidak profesional.

Para pendamping dan atlet dari berbagai kecamatan memilih keluar arena pertandingan Pencak Silat. Mereka kompak dengan boikot karena krisis kepercayaan. Mereka memilih pulang ke rumah masing-masing untuk tidak bertanding sebagai bentuk protes keras terhadap penyelenggaraan pertandingan silat.

Menanggapi hal itu, beberapa pendamping atlet dari beberapa Kecamatan di Tuban Selatan memiliki catatan yang perlu diperhatikan official Porkab Tuban di tahun yang ke-IV dan diperbaiki untuk tahun ke-V nantinya.

Rahmat Hidayat misalnya, pendamping atlet silat kontingen Jatirogo itu mengatakan, panitia Porkab Tuban juga manusia, jika mereka salah, itu sudah wajar, namun itu bisa dijadikan pijakan kedepan dalam memilih panitia.

"Terutama adalah Sumber Daya Manusia (SDM), karena itu akan menentukan output nanti," terang Rahmat, panggilan akrabnya.

Menurutnya, walaupun ada kelalain yang fatal dari panitia, ia juga memahami, ditambah lagi, ketika itu ada atlet Pencak Silat yang sudah gugur tetapi masih ikut bertanding kembali.

"Kebetulan ada atlet dari dua Cabor (Bulutangkis dan Pencak Silat, red) yang menjadi korban kelalaian panitia dan semua dari Jatirogo," imbuhnya.

Dirinya menilai, yang dilakukan para atlet dan pendamping Silat memilih walk out kala itu, sebagai bentuk sikap agar tidak berlanjut ke hal-hal yang tidak diinginkn bersama. "Kedepan kami mengharap adanya pembenahan," tandasnya.

Sementara Zaki Mubarok, tokoh masyarakat Senori menambahkan, seyogyanya panitia memberi teladan yang baik bagi para atlet, sebisa mungkin mereka mempersiapkan segalanya dengan matang agar tidak muncul permasalahan.

"Semoga Tuban dengan predikat Bumi Wali tetap menjadi teladan kabupaten lain dan kedepan bisa berbenah," tukasnya.

Sementara Kang Sahid, tokoh adat sekaligus perwakilan pesilat Tuban selatan berharap, semoga panitia maupun atlet dan juga official tetap berani mengambil sikap tegas dalam koridor sportif. Pihaknya mengajak semua element masyarakat terus belajar untuk pendewasaan diri.

"Kita harus berani meminta maaf dan berani memberi maaf," tuturnya.

Menurut dia, kekurangan panitia dalam mempersiapkan Porkab IV pasti ada, tentu kebaikannya juga masih banyak. Harapannya, Tuban semoga selalu menjadi teladan sportifitas bagi kabupaten lain. "Mari kita teguhkan lagi kebinekaan dan kita harus yakin solusi pada tiap diri untuk lebih baik, itu ada," tegasnya. [rof/rom]