Ada Biogas dan Alternatif Wisata Desa

“Bank Sampah Delima Desa Banyuurip bisa dibilang berhasil, lantaran mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat. Tidak hanya itu, desa ini juga menyimpan potensi yang lengkap. Mulai dari pengolahan biogas sampai alternatif wisata desa.”

Reporter: Mochamad Nur Rofiq, Edy Purnomo

blokTuban.com – Bank Sampah Delima sudah dua tahun berjalan dan hidup di tengah-tengah masyarakat Desa Banyuurip, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban. Pemerintah Desa (Pemdes) pun mengakui manfaat keberadaan bank tersebut, dan memberikan dukungan penuh kepada para perempuan yang menggalakkannya.

Kepala Desa (Kades) Banyuurip, Suhartono, merasakan lingkungan desa yang dia pimpin semakin bersih dengan keberadaan bank sampah. Masyarakat juga mempunyai tabungan dari hasil sampah yang dipilah untuk tunjangan hari raya.

“Kami mendukung penuh untuk pengembangan bank sampah. Karena membawa manfaat langsung untuk warga,” jelas Suhartono.

Begitu juga dengan Camat Senori, Eko Julianto, yang berkomitmen pemerintah akan terus melakukan pendampingan keberadaan bank sampah di Desa Banyuurip. Pemerintah mendampingi dan mendukung melalui UPTB-BPKB Kecamatan Senori.

“Selama ini kita bina bank sampah delima Desa Banyuurip dengan pendampingan-pendampingan,” kata Eko.

Dia berharap, Bank Sampah Delima kelak menjadi percontohan di desa-desa lain yang ada di Kecamatan Senori. Sebabnya, selain sebagai solusi merawat lingkungan, juga sebagai wahana pemberdayaan perempuan desa.

Pengolahan Biogas dari Kotoran Sapi

Desa yang terletak di ujung Kecamatan Senori itu seolah tak pernah berhenti berkarya. Apabila kaum perempuan disana mulai menggalakkan bank sampah, tidak demikian dengan Musiran (51), salah satu warga Banyuurip, yang mampu memasok kebutuhan energi dari biogas secara mandiri untuk kebutuhan keluarga.

Musiran, yang di depan rumahnya terdapat tulisan Instalasi Biogas Desa Banyuurip Kecamatan Senori - Tuban, dibangun oleh SKK Migas dan Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, memang menjadi keluarga percontohan pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas.

“Awalnya ini adalah program pendampingan dari PT Pertamina EP Asset 4, dimana kotoran sapi bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar,” kata Musiran.

Di samping rumah Musiran, ada kandang yang berisi beberapa ekor sapi. Dari situlah dia memulai memanfaatkan biogas yang tergolong mudah dilakukan. Pertama kotoran sapi yang sudah tertampung di bak, dimasukkan ke dalam tempat pengaduk. Dengan perbandingan air dan kotoran 1:1, campuran itu mulai diaduk.

Sumartini tengah menyalakan kompor dengan bahan bakar biogas*Teks Foto, Sumartini tengah menyalakan kompor dengan bahan bakar biogas

"Kadang 4 ember kotoran ditambah dengan 4 ember air diaduk hingga bercampur," terang Musiran sambil mempraktekkan proses pembuatan biogas.

Setelah kotoran sapi dan air bercampur, kemudian masuk ke dalam sebuah kubah atau penampungan di dalam tanah yang berbentuk semacam septic tank. Di dalam kubah itulah terciptanya gas yang disalurkan ke dalam dapur melalui pipa, setelah itu gas mengalir melewati alat ukur tekanan gas yang dinamakan manometer, kemudian terbagi antara saluran yang menuju kompor dan lampu dengan pengatur kran.

Di alat ukur manometer yang tertempel di tiang dekat kompor itu, terpampang semacam larutan air raksa berwarna merah dalam pipa kecil dan ukuran tekanan angka-angka. Tekanan gas di dalam instalasi dapat diketahui melalui alat tersebut. Karena biogas setiap hari terisi oleh kotoran sapi, setiap hari tekanan juga selalu meningkat.

"Biasanya dalam pemanfaatannya dari angka 25 turun ke 20 itu dalam pengguanan setengah jam, namun tergantung besar kecilnya api. Jika tidak dipakai tekanan akan terus meningkat, tapi tetap aman, karena jika sudah penuh, gas juga akan terbuang sendirinya bersama dengan kotoran dari lubang pembuangan," tutur Musiran.

Meski terbuat dari kotoran sapi, gas tersebut tidak berbau. Sehingga tetap bisa dimanfaatkan dengan aman dan nyaman. Yang terpenting, gas yang dihasilkan bisa menghemat pengeluaran rumah tangga. Bisa dimanfaatkan untuk pengganti gas LPG dan juga aliran listrik.

“Sangat hemat, tidak pernah beli LPG lagi. Selama masih ada kotoran ternak maka gas masih bisa digunakan, beda dengan LPG yang terkadang cepat habis dan terpaksa membeli lagi,” kata Sumartini, yang tak lain adalah istri Musiran.

Desa Banyuurip Potensial Jadi Wisata Pedesaan

Pemerintah Desa (Pemdes) Banyuurip, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, Jawa Timur memiliki rencana memadukan desa wisata dengan program kegiatan bidang lain seperti pertanian, perikanan, perindustrian, dan perkebunan yang dinilai berdampak positif bagi perkembangan desa wisata di Tuban.

Di desa yang dihuni 2.524 jiwa tersebut, terdapat beberapa potensi di berbagai sektor yang bisa dikembangkan sebagai destinasi wisata pedesaan. Beberapa diantaranya, secara geografis desa tersebut memiliki banyak bukit yang sangat terjal. Tentu hal ini menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan area outbound berupa flying fox dan para layang.

Yang kedua, sumber mata air yang sangat melimpah dan cocok untuk wisata tirta ataupun perikanan. Desa Banyuurip juga merupakan perbatasan Kabupaten Tuban dengan Bojonegoro dan dilalui jalur Provinsi, bila didirikan pusat oleh-oleh turut menambah pendapatan tetap desa. Sedangkan dibidang perindustrian, di desa penghasil minyak dan gas (Migas) ini, juga masih banyak kantor-kantor peninggalan Belanda ketika memproduksi bahan bakar tersebut yang bisa dijadikan wisata budaya dan edukasi.

Pemandangan bukit yang indah di Desa Banyuurip, Senori*Teks Foto, pemandangan bukit yang indah di Banyuurip, Senori.

"Tidak menutup kemungkinan kita akan cari investor untuk mewujudkan cita-cita kami," tutur Sekdes Banyuurip, Abdul Haris kepada wartawan blokTuban.com.

Optimalisasi potensi wisata itu bisa memberi dampak positif terhadap animo wisatawan baik domestik dan mancanegara untuk berkunjung ke Tuban. Harapannya terjadi peningkatan jumlah wisatawan yang hadir di Bumi Wali, sebutan kota Tuban.

Menurutnya, lokasi Banyuurip yang strategis menjadi daya tarik wisatawan karena mampu menawarkan wisata alam yang berkarakter. Banyuurip juga memiliki sisi kebudayaan dan kepurbakalaan yang didukung dengan infrastruktur memadai. Termasuk juga agrobisnisnya.

“Ini menjadi daya dukung bagi sektor pariwisata di Tuban. Sumur tua peninggalan Belanda juga menjadi kekuatan daya tarik pariwisata,” katanya.

Dengan karakteristik wilayah yang potensial bagi perkembangan pariwisata, diharapkan Pemkab Tuban turut mampu mengoptimalisasi pemberdayaan kepada masyarakat dengan mengembangkan desa wisata. Pengembangan desa wisata selain untuk menambah obyek wisata juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. [fiq/pur/rom]