Kampus Ungu Gelar Persaga di 3 Kabupaten

Reporter: Parto Sasmito

blokTuban.com - Sekitar satu semester belakangan ini, mahasiswa Prodi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Husada (STIKes ICSADA) Bojonegoro telah menggelar Pengabdian Masyarakat (Abdimas) dengan nama Perawat Sahabat Keluarga (Persaga). Tidak tanggung-tanggung, tiga kabupaten menjadi sasaran, mulai Kabupaten Bojonegoro, Tuban dan Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Timur.

Dari kabupaten tersebut, terdapat 60 keluarga binaan, dengan rincian 53 keluarga di Bojonegoro, 6 keluarga di Tuban dan sisanya 1 keluarga di Kabupaten Blora. Khusus di Bojonegoro, ada 14 kecamatan yang terdapat keluarga binaan, mulai Kecamatan Dander, Kalitidu, Balen, Kota, Temayang, Trucuk, Malo, Kapas, Sukosewu, Kedungadem, Kanor, Ngasem, Tambakrejo dan Sumberrejo.

"Setiap keluarga ada tim dari mahasiswa yang didampingi dosen, sudah satu semester ini berjalan," kata Kaprodi S1 Keperawatan, Ferawati.

Dikatakan, Persaga adalah program unggulan Prodi Ilmu Keperawatan/Ners, berupa pendampingan pada keluarga binaan oleh mahasiswa. Program ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar pada mahasiswa dengan menghadapkan permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, melalui keluarga secara langsung. Juga untuk membekali mahasiswa agar mampu mengatasi masalah kesehatan pada klien keluarga binaan dengan menerapkan teori keperawatan yang telah dipelajari dalam konteks yang diperbolehkan.

"Selain itu agar membentuk pribadi profesional sejati, memiliki jiwa humanis yang ditunjukan melalui kepedulian pada sesama dan kesadaran akan kebutuhan manusia sebagai mahluk yang sempurna," tambahnya.

Tidak hanya itu, mahasiswa juga bisa mengembangkan kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi dan belajar menjadi pribadi yang mampu menggerakkan masyarakat melalui keluarga binaan. Serta memberikan pendidikan dan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar untuk dikembangkan. Pada pelaksanaannya di lapangan, mahasiswa memiliki kewajiban untuk melakukan kunjungan pada keluarga binaan minimal 1  kali dalam satu Minggu, dan hasil binaan dijadikan bahan untuk kegiatan mini seminar yang dilakukan pada akhir semester.

"Latar belakang munculnya ide tugas terintegtasi dengan model keluarga binaan ini adalah hasil pelaksanaan tugas dari masing-masing mata kuliah yang kurang memberi manfaat, baik pada mahasiswa, dosen, Prodi maupun masyarakat," tambah Ketua STIKes ICSADA Bojonegoro, Hasan Bisri.

Pak HB, panggilan akrabnya menjelaskan, selama ini banyak tugas dari mahasiswa yang kegiatannya hanya memburu formalitas nilai dan sangat mubazir dilakukan, serta menguras banyak waktu, biaya, tenaga dan pikiran, tanpa out put yang bermanfaat. Oleh karena itu muncul keluarga binaan sebagai salah satu solusinya.

"Melalui keluarga binaan, tugas bisa dilakukan dan out put tugas bisa dimanfaatakan atau dirasakan langsung oleh masyarakat. Untuk mahasiswa, memperoleh pembelajaran berharga tentang kehidupan, dan bisa berinovasi lebih riil serta bermanfaat," sambungnya.

Yang lebih menjanjikan, saat melaksanakan kegiatan keluarga binaan, mahasiswa bisa menuntaskan kegiatan Tri Dharma Perguruan tinggi dalan satu paket sekaligus. Karena, kegiatan ini menjadi bagian tugas terintegrasi kuliah yang merupakan pilar pendidikan yang di dalamnya juga bisa dimanfaatkan untuk abdimas dan penelitian. "Baru di STIKes ICSADA ini yang ada, kampus lain belum belum sampai disitu," pungkasnya. [ito/rom]