Peduli Sampah, INSIST Uji Komposter di Karangagung

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Problem sampah Desa Karangagung, Kecamatan Palang menjadi perhatian Indonesian Society for Social Transformation (INSIST), Yogyakarta.  Dengan prakarsa ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKKK Migas), sedikitnya 12 komposter dibagikan kepada sejumlah lembaga pendidikan di lingkup masyarakat Karangagung, hal itu sebagai uji coba pengelolaan sampah organik.
 
Sebanyak sepuluh komposter diperuntukkan untuk lembaga pendidikan atau sekolah usia dini dan dasar. Sementara sisanya, satu untuk pengelola bank sampah rintisan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan satu untuk balai desa Karangagung.
 
Seperti diketahui, jumlah penduduk Desa Karangagung kurang lebih ada 10.000 jiwa, dan memiliki 2.800 Kepala Keluarga (KK). Mayoritas warga desa terbesar ketiga se-Kecamatan Palang ini, sekitar 80 persen warganya bermatapencaharian sebagai nelayan. Rata-rata, saban hari setiap KK menghasilkan setengah kilogram sampah, baik itu organik maupun anorganik.
 
Sejak 25 Maret 2016 sampai tanggal 28 Maret 2016, digelar serangkaian workshop sekolah lapangan dalam bidang pengelolaan lingkungan, terutama sampah. Worksop ini masih rangkaian dari program 'Pengembangan Penghidupan Alternatif melalui Penguatan Kapasitas Berbasis Sekolah Lapang bagi Masyarakat Nelayan di Desa Karangagung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur' yang dikawal oleh INSIST.
 
"Desa Karangagung diketahui dilintasi pipa perusahaan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), maka berhak mendapat perhatian dan tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)," kata Penanggung jawab Program, Saleh Abdullah, kepada blokTuban.com di sela workshop pada Senin, (28/3/2016).
 
Berangkat dari problem yang cukup masif terjadi di kalangan nelayan, kata Saleh, sampah belum tertanggulangi. Sampah yang dibuang ke tambak, menyebabkan beberapa tambak ikan yang menjadi aset desa tidak lagi produktif. Selain itu, industri pengolahan ikan umumnya membuang limbah di lingkungan permukiman dan menyebabkan polusi udara dan tanah.
 
Saat ditemui di balai Desa Karangagung, salah seorang peserta workshop yang merupakan guru TK Muslimat NU Palang, Yayuk Farida mengaku, merespon positif adanya giat sekolah lapang ini. Selain menambah pangetahuan tentang lingkungan sekitar, ia berharap terdapat tindakan berkelanjutan nantinya.

sampah-in

"Sekolah lapang yang diberikan melalui tenaga pendidik, semoga bisa disosialisasikan dengan mudah kepada wali murid. Sehingga nantinya, lebih mengena ke wali murid," kata Yayuk menambahkan.
 
Penting diketahui, di akhir pelaksanaan sekolah lapang, diadakan pula perencanaan dalam giat ditahap kedua. Perencanaan dilakukan berdasarkan kajian latar belakang masalah dan penyebabnya. Perencanaan tindaklanjut didampingi fasilitator utama dari INSIST, yakni Ishak Salim, yang juga merupakan Ketua Presidium INSIST.
 
Dalam memfasilitasi forum perencanaan, Ishak menekankan, pentingnya beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Yakni realistis untuk dilaksanakan, terukur dalam prioritas setahun pelaksanaan, dan strategis dampaknya.
 
Workshop terakhir dalam program fase awal ini ditutup oleh Kepada Desa Karangagung, Murto. Dalam sambutan penutupannya, Murto menegaskan lagi, bahwa rencana pengelolaan sampah memang menjadi salah satu prioritasnya.

"Kami sudah menjalin koordinasi dengan Pemerintah Daerah. Dengan dukungan Pemda, Pemdes akan mengadakan depo sampah di masing-masing dusun. Jadi pendidikan tentang pengelolaan sampah yang difasilitasi INSIST selama ini, memang sesuatu yang sudah kami rindukan," tutup Murto. [dw/rom]