Satu Warga Produksi 2.500 Dumbeg

Mulai dari pembuatan sampai bisa dipasarkan, dumbeg yang enak ternyata membutuhkan waktu kurang lebih 7 jam. Karena dumbeg jika diluar bertahan paling lama satu hari, sehingga pembuatan harus diperhitungkan dari waktu penjualan, dan tidak boleh molor.

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Salah seorang pembuat dumbeg Siti Muniroh (37) asal Dusun Kesamben Barat, Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, mengaku setiap hari ia bisa memproduksi dumbeg dari 26 kilogram tepung beras, sepuluh kilogram gula jawa dan sepuluh butir kelapa untuk santan. Dari bahan tersebut mampu menghasilkan sekitar 2.500 biji dumbeg.

"Jumlah biji dumbeg matang tidak pasti. Karena terkadang ukuran selongsong dumbeg ada yang besar dan ada pula yang kecil. Soalnya pakai ukuran kira-kira, jadinya tidak pasti," kata Siti, panggilan akrabnya kepada blokTuban.com.

Dalam memasarkan dumbeg buatannya, Muniroh, panggilan lain Siti, memilih Pasar Agro Babat, Kabupaten Lamongan. Berbeda dengan tetangga lainnya yang memiliki lokasi sendiri di pasar Rengel, Plumpang dan Kota Tuban. Untuk itu saban pukul 01.00 WIB dini hari, ia sudah harus berangkat dari rumah. Sementara tetangga lain masih dalam proses pembuatan untuk dijual di pasar pagi.

plumpang-dumbeg-2

"Kalau menjual di pasar Agro, suami saya yang berangkat. Itupun tinggal memberikan stok pada pelanggan. Jadi tidak menunggu sampai laku terjual habis," jelasnya.

Dumbeg yang sudah matang, menurut pembuat dumbek lain, Sumini, diikat atau dibundel berisi lima biji dumbeg. Jika dulu untuk mengikat dumbeg menggunakan lontar sisa bahan selongsong, ternyata itu kurang efisien dan memperlambat kerja. Kini, penjual mengikat menggunakan karet gelang untuk tali tiap bundel dumbeg.

"Setiap bundel dumbeg dari pembuat dijual RP3.500. Nanti kalau sudah ganti penjual harganya sudah berbeda lagi. Kalau dibuat rata-rata penghasilan bersih Rp100.000 dalam sehari," sambungnya.

Sekarang ini, pengusaha dumbeg semakin berkurang tiap waktunya. Selain proses yang rumit, penjualannya juga terkadang tidak bisa cepat, padahal masa kadaluarsa dumbeg cukup cepat. "Kalau berbicara rasa, jangan ditanya dumbeg asal Kecamatan Plumpang ini. Berbeda dengan produksi wilayah lain. Disini lebih enak," tambah Camat Plumpang, Sudarmaji dengan percaya diri. [dwi/mad]