Agrowisata Belimbing Terkendela Infrastruktur

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Dikenal dengan sentra buah belimbing, Dusun Siwalan, Desa Glagahsari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, juga merintis membuat agrowisata. Namun, perjalanannya tidak mulus dan bahkan belakangan ini semakin redup. Salah satu kendala adalah infrastruktur dan juga pendampingan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban.

Pantauan blokTuban.com di lapangan, jika akses jalan menuju ke lokasi agrowisata blimbing sudah mulus. Tetapi, untuk ke Siwalan tidak ada petunjuk yang memadai. Selain itu, lokasi yang terletak di paling ujung wilayah Bumi Wali, sebutan lain Tuban, juga membuat penikmat blimbing yang akan ke lokasi kesulitan. Sampai di lokasi, tidak diketahui jika disitu agrowisata. Padahal, hampir di sepan dan pekarangan warga terdapat blimbing yang buahnya bergelantungan.

Kondisi tersebut jelas jauh berbeda jika dibandingkan dengan agrowisata blimbing di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro. Dari jalan raya, setiap titik sudah ada petunjuk. Juga, keberaaan bendung gerak di Bengawan Solo membuat daya tarik tersendiri untuk pengunjung yang datang.

Salah satu pemilik tanaman blimbing, Muhari mengatakan, sejak awal 2015 dirinya membuka akses agrowisata di kebun milik pribadi seluas 2 hektar (ha). Namun, kendala yang dirasakan adalah sarana dan prasarana yang minim.

“Usaha ini masih baru, ibarat kata masih belajar berjalan," katanya.

Padahal, berbagai upaya telah dilakukan, seperti berkerjasama dengan pihak terkait, termasuk kelompok tani desa,  Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dan Pemerintah Desa. Namun, tetap saja belum bisa mengangkat potensi agrowisata blimbing Siwalan.

“Sudah ada beberapa Taman Kanak-kanak (TK) dari Rengel, Soko hingga Kabupaten Bojonegoro yang datang kemari. Pengunjung yang datang juga tidak hanya dari sekolah, melainkan perorangan juga. Tapi belakangan makin sepi," sambungnya.

Pernyataan senada disampaikan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang juga bertanggungjawab terhadap agrowisata, Umu Fadhilah. Diterangkan, jika kondisi agrowisata yang sepi, tidak sesuai yang diinginkan pihaknya dan petani. Ia berharap ada perhatian tambahan dari pengambil kebijakan.

"Selain fasilitas belum lengkap, dari pendamping desa juga memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Hal itulah ke depan yang perlu dibenahi," terangnya.

Padahal, kalau sudah berjalan, maka agrowisata tersebut menambah penghasilan warga setempat. "Karena, dengan banyak warga yang berbondong-bondong datang, maka blimbing masyarakat juga terbeli," tambah petani lain, Tarwiyah. [dwi/mad]