
Reporter : Sri Wiyono
blokTuban.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia memperbarui buku sejarah Indonesia yang akan diajarkan di sekolah-sekolah. Sebab, buku sejarah Indonesia yang ada adalah buku sejarah terbitan yang sudah lama, sehingga perlu diupdate.
‘’Kemendikbud sedang menulis sejarah nasionmal Indonesia untuk pemutakhiran dari buku-buku yang telah ditulis. Selama ini yang di sekolah belajar sejarah itu materinya sejarah nasional yang diterbitkan tahun 1975 . Sudah lama sekali itu, baru pada 2013 terbit Indonesia Dalam Arus Sejarah juga belum banyak menyebar ke masyarakat,’’ ujar Direktur Sejarah dan Kemuseuman Kemendikbud, Prof Dr. Agus Mulyana, M.Hum.
Pernyataan Prof Agus itu itu disampaikan saat menjadi salah satu pembicara dalam Seminar Nasional ‘Shalawat Badar dan Gerakan Spiritual Kebangsaan Jelang Krisis Politik 1965’. Seminar digelar di gedung auditorium KH. Hasyim Asy’ari Institut Agama Islam Indonesia (IAINU) Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Minggu (20/7/2025).
Seminar yang digelar dalam rangkaian kegiatan Haul ke-55 KH Ali Mansyur, penggubah Salawat Badar itu merupakan kerjasama IAINU Tuban, bersama TV9, Lesbumi PWNU Jawa Timur dan PCNU Tuban.
Terkait dengan buku sejarah itu, Prof Agus menerangkan akan diterbitkan pada tahun 2025 ini. Buku tersebut sebanyak 10 jilid yang memuat dari mulai masa prasejarah hingga reformasi sampai pelantikan Predisen Prabowo Subianto. Buku itu ditulis oleh 113 sejarawan Indonesia.
‘’ Diterbitkan dalam rangka 80 tahun Indonesia Merdeka. Silakan searcing di medsos, banyak komentar-komentar dari yang halus sampai super halus terkait penulisan buku itu,’’ kelakarnya.
Terkait dengan Nahdlatul Ulama (NU), Prof Agus menyebutkan dalam buku sejarah sebelumnya, NU tidak tertulis dalam sejarah nasional. Padahal, dalam sejarah NU diketahui sebagi salah satu pendiri negeri ini.
‘’Yang belajar sejarah di sekolah ini kan belum ditulis itu peran NU di sana,’’ tambahnya.
Pria yang Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), yang merupakan organisasi profesi sejarawan di Indonesia itu menyebut peran NU dalam kebangsaan sangat banyak dalam sejarah. Karena itu, pihaknya ingin memberi informasi yang update mengenai sejarah Indonesia.
Di antaranya adalah peran NU yang tadinya dia sebut hanya subbab dari subbab, dalam buku baru yang disusun itu akan ada bab tersendiri yang menulis peran organisasi keagamaan dan gerakan nasionalisme, yang di antaranya adalah NU, disamping ada yang lain.
‘’Termasuk resolusi jihad ya masuk. Buku ini akan dijadikan materi pelajaran sejarah mulai SD-SMA. Sejarah NU yang selama ini hanya dipelajari di sekolah-sekolah NU, akan dikembangkan menjadi materi sejarah secara nasional,’’ katanya.
Menurut Prof Agus, menuliskan sejarah itu penting karena untuk membangun memori kolektif bahwa NU merupakan bagian yang memberikan kontribusi besar bagi perjalanan sejarah bangsa ini.
Terkait seminar, karena ia kebagian materi Kebijakan Sejarah dan Kebangsaan, dia lebih banyak melihat pada sejarah dan pemerintahan di Indonesia sampai pada 1965 dan setelahnya. Dia melihat peran sosial politik NU di sana.
Dia menyebut NU berdiri sebelum negara ini lahir, artinya NU lebh dulu mengurusi masyarakat sebelum masyarakat diurus negara. Sejarah berdiri NU menjadi bagian penting di dalam membentuk akar kebangsaan masyarakat kita. Masyaakat yang religius, dan religiusitas itu dengan pendekatan secara kultural.
‘’Karena kalau agama dilihat formalistik adalah kejam, yakni adanya hanya haram, bid’ah, halal. Hidup hanya ada dua titik, halal haram, benar salah dan sebagainya. Tapi kehadiran aswaja yang lahir ketika proses islamisasi dengan pendekatan kultural ternyata agama menjadi wajah yang istilah Gus Dur yang pribumi. Ada titik temu antara agama dengan sosial kemasyarakatan. Ini yang kemudian dipelihara oleh ulama, NU jadi kekuatan yang lebih institusional lagi,’’ urainya.