APA KABAR OLAHRAGA TUBAN ?.. Alarm dari PORPROV IX Jawa Timur tahun 2025

oleh : zein at tubany el jawy*)

blokTuban.com - Hiruk pikuk serta hingar bingar gelaran Porprov (Pekan Olahraga Provinsi) IX Jawa Timur barusan usai. Gemuruh genderang "perang" para atlet pada venue-venue pertandingan rampung ditabuh. Riuh rendah suara dukungan supporter sudah tidak terdengar lagi. Para atlet, pelatih, dan official Kontingen Kabupaten/Kota se-Jawa Timur telah kembali pulang ke daerahnya. Jelas terlihat ada guratan kepenatan, kelelahan fisik dan emosional mengharu biru menyertai kepulangan mereka setelah berjibaku di medan pertandingan. 

Pesta yang menjadi ajang pembuktian sekaligus pertunjukan prestasi olahraga itu telah menentukan titik kulminasinya. Seluruh potensi dan daya upaya secara maksimal ditumpahkan. Semua energi demi kebesaran panji-panji olahraga, kehormatan diri dan kebanggaan daerah dicurahkan hingga titik darah penghabisan. Setelah melalui pertarungan ketat pada akhirnya semua harus tunduk pada hasil akhir. Hasil yang harus dihormati dan dijunjung tinggi bersama karena regulasi yang sudah disepakati. Hasil yang menjadi potret atas ikhtiar pembinaan yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota se-Jawa Timur. Ada yang juara, dan ada yang belum kesampaian mencicipi indahnya naik podium juara. Ada rona kebahagiaan terpancar bagi penyandang juara, serta ada senyum getir yang tertahan di bibir bagi mereka yang belum memperoleh juara. Ada kisah-kisah menarik, pernak-pernik epik nan apik, dan ada pula cerita gundah yang membuncah. Sesuatu yang lumrah dan jamak terjadi pada setiap perhelatan olahraga.

Menyimak kiprah Kontingen Kabupaten Tuban pada Porprov kali ini sungguh menarik. Ada harapan besar yang disematkan ketika kontingen ini berangkat. Sebagai warga kabupaten penghasil siwalan dan legen, hati ini terasa diaduk-aduk tak menentu saat atlet-atlet berlaga. Getaran jantung mengalami naik turun tidak berirama ketika suasana batin tersentuh melihat situasi berlangsungnya pertandingan. Bagaimana tidak ? 

Perasaan optimis yang pada awalnya digaungkan para petinggi stakeholder terkait akan target capaian prestasi (dengan berbagai persiapan yang telah dilakukan), seakan bercampur baur tatkala melihat atlet turun gelanggang. Berharap meraih kemenangan dan membawa pulang medali, tetapi juga ada perasaan was-was mengiringi. Harap-harap cemas. Kemudian rasa itu mendadak berubah menjadi histeria ketika mengetahui fakta di lapangan berbeda. Ternyata tampilan yang tampak tidak segahar yang diperkirakan. Performanya kurang bersinar. Padahal ibarat senapan yang siap ditembakkan, tinggal sepenarikan pelatuk. Daaarrrr... ! 

Ledakannya masih kurang menggelegar.

Mugkinkah ini terkait beberapa keluhan atlet, pelatih dan official selama persiapan (pemusatan latihan) sebelum keberangkatan ? Sehingga sampai pelaksanaan hal itu begitu kental mewarnai penampilannya, berbanding dengan beban tanggungjawab yang harus dipikul dituntaskan.

Sangat menarik jika memperhatikan bangunan konstruksi penyampaian informasi kepada publik. Munculnya statemen petinggi stakeholder olahraga di Kabupaten Tuban yang mematok target masuk peringkat 10 Besar (TribunJatim.com 15 Maret 2025 dan beritajatim.com 15 April 2025) pada awalnya terasa menjanjikan dan seolah-olah melahirkan optimisme baru, membawa angin segar kesuksesan, apalagi disampaikan dengan berbagai analisa disertai kepercayaan diri tinggi. Namun menjadi paradoks ketika dipaksa harus mengakui kenyataan karena hasil akhir menunjukkan target belum dapat direalisasikan.

Mimpi itu untuk sementara waktu harus dikubur dalam-dalam. Peringkat prestasi kontingen Kabupaten Tuban terpeleset di posisi 16. Padahal begitu banyak cabang olahraga dan nomor yang dipertandingkan sehingga secara matematis peluang mendulang medali terbuka sangat lebar. Beruntung sistem penentuan peringkat menggunakan perolehan point. Akan sangat berbeda jika pemeringkatan berdasarkan medali. Padahal selama ini publik terlanjur memperoleh informasi bahwa program mewujudkan target tersebut telah diupayakan jauh-jauh hari sebelumnya dengan dukungan gelontoran dana milyaran rupiah yang telah dianggarkan. Apa boleh dikata, semua itu belum mampu mewujudkan cita-cita yang digantungkan.

Berada pada peringkat akhir seperti itu jelas bukan sesuatu yang diharapkan. Sesuatu yang mungkin mengganggu di pikiran. Sesuatu yang membuat penasaran. Menilik catatan prestasi Kabupaten Tuban pada 6 edisi Porprov Jawa Timur sebelumnya yang tidak pernah keluar dari 15 Besar. Dengan posisi demikian, maka pada tiga edisi Porprov secara gradual mengalamai penurunan peringkat (12, 14 dan 16). Publik meyakini munculnya statemen penentuan target tersebut pasti telah melalui pertimbangan dan hitung-hitungan yang cermat dan sangat detail. Tidak semudah itu petinggi stakeholder olahraga mengeluarkan statemen ke publik tanpa dilandasi dasar argumentasi yang kuat akurat.

Semakin menarik apabila membaca komentar petinggi KONI Tuban ketika emas pertama diraih, setelah beberapa hari penyelenggaraan Porprov masih paceklik emas, dikatakan bahwa ke depan perlu pendekatan baru atau perlu perombakan pembinaan atlet agar lebih kompetitif. (beritajatim.com dan TuguJatim 30 Juni 2025). Komentar atau statemen ini terdengar sedikit aneh karena terkesan mereduksi pernyataan sebelumnya akan target masuk peringkat 10 Besar. Apalagi disampaikan saat kontingen masih bermandi keringat berjuang di berbagai pertempuran, dan waktu berkompetisi belum berakhir (masih ada 5-6 hari tersisa). Kenapa pernyataan itu muncul ? Seyogyanya, pada saat situasi yang demikian jajaran official mengoptimalkan potensi seluruh nomor pertandingan yang masih belum berlaga dengan menghitung peluang, memetakan kompetitor, dibarengi pendekatan strategi lapangan yang tepat (berdasarkan kompetensi yang dimiliki) untuk memperoleh tambahan medali. 

Melakukan evaluasi secara menyeluruh setelah program dilaksanakan adalah sebuah mata rantai yang harus dilalui. Karena melalui evaluasi akan diketahui detail penyebab penurunan prestasi yang ujungnya akan ada upaya tindaklanjut perbaikan. Akan tetapi jika yang dianggap sebagai penyebabnya adalah pembinaan yang kurang tepat sehingga perlu dirombak agar lebih kompetitf, tentu ini menjadi pertanyaan serius. Model pembinaan yang bagaimana ? Mengingat pembinaan adalah ruh pencapaian prestasi itu sendiri dan bersenyawa secara fundamental dalam olahraga.

Pertanyaan kritisnya adalah, apa yang menjadi patokan sehingga target itu diusung ?

Sudah tepatkah, atau apa ada yang salah terhadap pola pembinaan yang telah dilakukan sekarang ini ? 

Apa yang terjadi dengan pembinaan atlet sebelum terjun di Porprov sehingga tidak bisa berprestasi maksimal ?

Mengapa pola itu dipilih jika menyebabkan penurunan prestasi ?

Walhasil, raihan prestasi yang diperoleh akan menjadi bahan diskusi hangat di kalangan warga masyarakat terutama anak-anak muda. Lebih bergemuruh lagi jika nanti yang ngobrol adalah mereka yang selama ini berkecimpung aktif di pembinaan olahraga, yang sarat pengetahuan dan pengalaman. Baik disampaikan kala bareng-bareng ngopi di warung, atau sekedar guyon parikena di media sosial. Disampaikan terus terang dan tampak di permukaan, atau sembunyi-sembunyi dari keramaian. Menjadi tema aktual _begandring_ ketika kumpul-kumpul, atau melekan setelah kondangan. 

Sementara ini dari mereka ada yang nyeletuk, mungkinkah prestasi yang diraih pada Porprov sebelumnya karena masih menggunakan jasa serta pengorbanan atlet dan pelatih edisi sebelumnya (dengan pola pembinaan lama), sedangkan prestasi yang sekarang adalah hasil pembinaan pola baru ?

Bagaimanapun hasilnya harus disyukuri. Harus diberikan apresiasi dan mengangkat topi tinggi-tinggi seraya mengucapkan terima kasih kepada seluruh atlet dan pelatih yang telah berjuang sepenuh hati di lapangan. Mereka rela memeras tenaga dan pikiran, bahkan meninggalkan waktu bersama keluarga untuk berlatih dan bertanding. Mereka adalah Patriot Olahraga sejati.

Terpenting, pasca penyelenggaraan Porprov IX Jawa Timur ini, lantas apa yang harus dilakukan ?

Prestasi pada Porprov tahun ini adalah alarm pertanda bahaya bagi pembinaan dan pengembangan olahraga. Walaupun belum pada kondisi kritis, tentu harus segera mendapatkan penanganan serius. Karenanya sangat bijaksana mencermati seperti apa pembagian peran serta upaya riil yang dilakukan untuk peningkatan prestasi dari para pemangku kebijakan olahraga. Senyampang ada kesempatan dan belum terlalu jauh. Sebelum semuanya meredup dan tidak jelas.

Semoga cerah serta lebih baik ?

 

_wal 'afwu minkum..._

_Salam Olahraga... !!!_

 

_*) penulis adalah penyayang olahraga, tinggal di zeinattubany@gmail.com_