
Reporter: Dahrul Mustaqim
blokTuban.com - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tuban menggelar Musyawarah Kerja (Musker) II pada Ahad (20/04/2025) di Yayasan Roudlotul Hidayah, Desa Jegulo, Kecamatan Soko. Musker ini mengusung tema “Meneguhkan Kembali PCNU Tuban sebagai Civil Society yang Digdaya” dan diikuti oleh jajaran lembaga PCNU Tuban, Banom NU, serta perwakilan dari 20 MWCNU se-Kabupaten Tuban, jajaran.
KH. Ahmad Damanhuri, Ketua PCNU Tuban, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kehadiran seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam kegiatan ini.
“Dari 20 MWCNU se-Kabupaten Tuban, kami menyampaikan terima kasih karena telah berkenan hadir dan memberikan sumbangsih pada acara Musker kedua PCNU Tuban,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa dalam rangkaian acara Musker II ini akan diselenggarakan seminar yang menjadi pengantar dan landasan untuk rapat komisi.
“Setidaknya ada dua narasumber yang akan memberikan materi dalam seminar sehingga dari seminar itu kemudian dilanjutkan sebagai masukan-masukan untuk para peserta dalam rapat komisi,” lanjutnya.
Kiai Daman menegaskan bahwa Musker II kali ini menjadi momentum evaluasi dari hasil Musker I sebelumnya sekaligus membahas kondisi kekinian yang akan dimusyawarahkan dalam sidang-sidang komisi.
“Maka dalam yang kedua ini diharapkan sebagai evaluasi daripada capaian hasil yang pertama dan mereka kondisi kekinian untuk dimusyawarahkan dalam sidang-sidang komisi sampai nanti pada di sidang komisi,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengingatkan pentingnya program-program yang disusun oleh PCNU maupun lembaga dan Badan Otonom (Banom) agar berbasis pada kebutuhan riil umat, bukan sekadar keinginan.
“Kami berharap materi dan jelaskan demikian rupa ada empat kondisi nanti kami berharap dari para peserta ini baik dari lembaga Banom nanti bisa mencermati bersama program-program yang ada berdasarkan kebutuhan bukan hanya berdasarkan keinginan kemudian pelaksanaan dan berikutnya adalah evaluasi sehingga nanti program-program yang ada ini benar-benar bisa bermanfaat kepada umat,” paparnya.
Di akhir sambutan, Kiai Daman menekankan peran historis dan strategis NU dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Berkontribusi besar terhadap negara ini mulai daripada memperebutkan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, kontribusinya sangat luar biasa sekali ini karena para kiai dulu memang bergerak dalam ranah begitu banyaknya kehidupan sosial yang digerakkan oleh NU yang berupa aset siyasah dan aset Amaliah yang bisa menjadi perekat daripada masyarakat bangsa Indonesia,” pungkasnya.
Sementara itu, Ir. Muhammad Faqih, Sekretaris PWNU Jawa Timur, dalam sambutannya mengingatkan kembali tentang tugas mulia Nahdlatul Ulama dalam menjaga dan melestarikan agama melalui penguatan peran pesantren dan ulama. Ia menegaskan bahwa agama berada dalam hati para ulama dan untuk melestarikannya, peran pesantren sebagai produsen ulama sangat penting.
“Agama itu ada di hatinya para ulama, kalau mau melestarikan agama maka yang terletak dalam hatinya para ulama maka tugas itu dari Nahdlatul Ulama adalah pesantren yang memproduksi ulama,” tegasnya.
Menurutnya, NU harus memastikan bahwa pesantren tetap tumbuh dan melahirkan ulama-ulama berkualitas, seperti yang telah dilakukan oleh pesantren-pesantren besar di Tuban.
“Nahdlatul Ulama punya tugas suci untuk dengan cara yang halal dan baik agar kesehatan besar itu bisa tumbuh untuk melahirkan ulama dan pondok pesantren, misalnya di Tuban ada Pondok Langitan, ada Pondok Bejagung dan lainnya,” jelasnya.
Ir. Faqih juga menekankan peran NU sebagai jangkar keutuhan NKRI di tengah dinamika global yang semakin kompleks.
“Sekarang tugas Nahdlatul Ulama adalah menjadi jangkarnya NKRI agar tetap aman jangan sampai rakyat Indonesia terbakar emosinya,” pungkasnya.