Warga Bejagung Lor Pertahankan Tradisi Manganan di Tengah Pandemi

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com - Mempertahankan tradisi adat istiadat yang telah berlangsung secara turun menurun di era modern seperti saat ini bertujuan agar budaya yang telah diwariskan tidak hilang begitu saja.

Seperti halnya tradisi manganan yang dilaksanakan di Desa Bejagung Lor, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Tradisi manganan atau yang biasa disebut dengan sedekah bumi tersebut dilaksanakan setiap tahun.

Kepala Desa Bejagung, Aang Sutan menyatakan bahwa semangat manganan sedekah bumi di Desa Bejagung ini untuk membangkitkan kejayaan Bejagung di era modernisasi di masa Pandemi Covid-19. Ia juga menyatakan bahwa acara sedekah bumi yang dilaksanakan dengan protokol kesehatan tersebut diharapkan menjadi role model untuk mempertahankan adat istiadat dan tradisi jaman dulu yang bisa berdampingan dengan masa sekarang.

“Harapannya generasi di bawah kita, anak-anak muda semuanya bisa melihat secara langsung bagaimana sedekah bumi itu. Manganan itu kan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada para leluhur, sehingga nanti mereka tidak menghilangkan tradisi ini dan malah bergeser ke budaya lain,” jelas Aang kepada blokTuban.com disela manganan, Kamis (23/9/2021).

Aang juga menjelaskan bahwasanya adanya tradisi ini dapat memberikan efek kebersamaan dan gotong royong sesama masyarakat. Spirit itulah yang dibawa untuk melaksanakan sedekah bumi/manganan dengan protokol kesehatan untuk mengembalikan tradisi dan budaya di masa Covid-19.

Acara manganan di Desa Bejagung Lor ini dimulai dari tanggal 22-23 September 2021. Pada rabu malam diisi dengan pengajian dan tahlil, kemudian kamis adalah acara sedekah bumi.

“Sebelum Covid-19 orang yang datang lebih banyak, lima kali lipatnya ini. Acara

pengajian juga bisa mencapai hampir 10.000 orang yang hadir dan banyak yang datang dari luar daerah,” imbuh Aang.

Meskipun saat ini yang hadir tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya, Ia juga menjelaskan bahwa seluruh jamaah yang ikut pengajian patuh pada protokol kesehatan.

“Semuanya patuh pakai masker, yang dari luar juga cuma ada beberapa yang kesini karena sudah tahu kalau bejagung disiplin prokes,” tegasnya.

Suwiji salah satu warga Bejagung Lor yang mengikuti tradisi manganan juga mengatakan bahwa tahun ini tidak seramai biasanya dan manganan pada tahun ini mundur dikarenakan adanya Pandemi Covid-19.

“Dulu itu acaranya Bulan Besar dan sangat ramai, sekarang mundur Bulan Sapar karena covid, yang hadir juga nggak banyak,” sambungnya.

Sedekah bumi yang dibawa warga juga isinya bermacam-macam seperti berbagai masakan dan jajanan-jajanan tradisional. Masakan dan jajanan tersebut ada yang diletakkan di dalam wadah dan dipikul dua orang atau lebih, wadah tersebut biasa disebut dengan jodang. Sebelumnya dilakukan doa bersama dahulu, baru dilanjutkan kegiatan makan bersama-sama di Makam Bejagung Lor. [dina/sas]