Sumur Giling Sunan Bejagung Tuban Dipercaya Sembuhkan Berbagai Penyakit

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com - Kabupaten Tuban memiliki julukan “Kota Bumi Wali” bukan tanpa alasan. Selain Makam Sunan Bonang terdapat destinasi wisata religi lain yang terkenal di Tuban yakni Makam Mbah Asy’ari atau dikenali sebagai Sunan Bejagung yang berlokasi di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding.

Salah satu peninggalan Sunan Bejagung yang tersohor di berbagai penjuru adalah sumur tua atau biasa disebut dengan sumur giling yang terletak di sebelah selatan Makam Bejagung Lor. Sumur tersebut diperkirakan dibuat pada tahun 1800 M oleh santri Sunan Bejagung, yakni Kyai Pamor atas perintah Sunan Bejagung.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat yang beredar, air sumur yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan dapat membantu mengabulkan permintaan.

Gunawan salah satu pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya  (BPCB) Kabupaten Tuban yang ditemui blokTuban.com di Makam Sunan Bejagung (20/9/2021) menjelaskan bahwa banyak orang dari luar Tuban, bahkan luar Jawa hingga luar negeri yang ziarah dan datang untuk mengambil air di Sumur Bejagung.

“Bermacam-macam yang datang ke sini, mulai dari Lamongan, Bojonegoro, Surabaya, Jakarta, Sumatera, Kalimantan, bahkan dulu ada yang dari Luar Negeri seperti Itali dan Prancis,” ujar Gunawan.

Air sumur tersebut biasanya digunakan untuk mandi atau dibawa pulang untuk pengobatan. Tujuan orang mengambil air dari sumur tersebut juga berbeda-beda, ada yang meminta diberi kesehatan, diberi naik jabatan, diberi kemudahan dalam berdagang, dimudahkan mendapatkan jodoh, diberi keturunan, dan sebagainya.

“Sebenarnya mintanya itu ya tetap ke Gusti Allah tetapi melalui perantara air tersebut, mempan tidaknya tergantung sugesti dan keyakinan dari masing-masing orang tersebut. Tapi kelihatannya ya memang banyak yang bilang berhasil,” terang Gunawan.

Selain dipercaya untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, menurut cerita air sumur bejagung juga seringkali digunakan untuk membuktikan kebenaran atas tuduhan (pengambilan sumpah). Akan tetapi hal tersebut tidak selalu diperbolehkan tergantung dengan persetujuan juru kunci.

“Sepertinya sudah nggak boleh sama juru kuncinya, karena ketika pengambilan sumpah seperti itu salah satunya nanti ada yang meninggal. Misal ada yang dituduh mencuri, mengambil sumpah dengan meminum air sumur itu kalau memang yang dituduh tidak mencuri ya yang meninggal yang menuduh," imbuhnya.

Gunawan menambahkan jika masih ada yang memaksa maka harus mendapat ijin dari perangkat desa, dan juga dari kecamatan karena hal seperti demikian harus ada pertanggung jawaban.
Sumur yang katrolnya masih berupa gilingan kayu karena mempertahankan peninggalan jaman dulu tersebut memiliki kedalaman kurang lebih 30 meter.

Di dekat sumur juga terdapat bak mandi yang terbuat dari batu dan juga terdapat batu gores. Gunawan menjelaskan bahwa biasanya terdapat anak kecil yang sakit atau rewel akan dimandikan di atas batu gores tersebut dengan air sumur sehingga bisa sembuh dan berhenti rewel.

Setiap dua tahun sekali terdapat tradisi keduk sumur untuk membersihkan dasar-dasar sumur. Tidak sembarang orang yang boleh membersihkan sumur, melainkan hanya ahli waris dari Mbah Pamor, salah satunya adalah Kepala Desa Bejagung. Tradisi keduk sumur tersebut biasa juga dibarengi dengan dawetan. Menurut Gunawan, banyak pula orang dari luar Bejagung yang ikut hadir mengikuti tradisi tersebut.

“Ada juga yang meminta dawetnya untuk digunakan sebagai obat, ya kepercayaannya begitu, kembali lagi pada keyakinan masing-masing,” tuturnya.

Makam Sunan Bejagung biasa ramai dikunjungi saat Kamis Pon dan Jumat Wage untuk berziarah sekaligus mengambil air di sumur Bejagung, baik untuk mandi ataupun diminum. Dalam pengambilan air sumur tersebut, peziarah tidak mengambil sendiri melainkan ada petugas yang mengambilkan air.

“Yang ambil air biasanya ada yang bawa botol, ada yang bawa jurigen. Petugasnya yang mengambilkan air ada 4-5 orang kalau sedang ramai,” tutupnya. [Dina/sas]