Unik, Tiang Masjid Setinggi 27 Meter Berdiri Tanpa Alat Berat

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Kabupaten Tuban memiliki segudang hal unik yang tak pernah habis dibicarakan. Salah satunya adalah kisah dibalik pendirian Masjid An-Nur Nurul Miftahussofyan yang terletak di Dusum Gomang, Desa Lajulor, Kecamatan Singgahan.

Keunikan masjid yang berdiri di atas perbukitan tersebut disangga oleh satu tiang utama kayu jati diameter sekira 28 sentimeter dan tinggi 27 meter. Di masa itu, belum ada alat berat untuk mendirikan tiang utama setinggi puluhan meter itu.

Kepada Reporter blokTuban.com, K.H. RM Abraham Naja Mangku Negara alah satu pengasuh Ponpes Nurussalam Wali Songo menuturkan masjid tiang satu dibangun pada tanggal 18 Agustus 1994 dan berada di lingkungan Pondok Pesantren Wali Songo Gomang.

"Selain para santri, masjid ini dipakai warga sekitar untuk salat berjemaah dan kegiatan Islami lainnya," ujarnya, Sabtu (15/5/2021).

Pesantren Walisongo sendiri didirikan oleh ayahnya yaitu Kiai Nur Nasroh pada 1977. Masjidnya baru didirikan sekitar 1994, karena kala itu pembelian kayu dibatasi oleh pemerintah dan jika melebihi batas harus melalui proses yang sangat sulit.

Atas segala usaha ada bantuan dari ADM Perhutani bernama Miftah dan Sofyan selaku Asper, tiang utama didapatkan. Utuk mengenang nama ketiganya diputuskan nama masjid tersebut (An-Nur Nurul Miftahussofyan).

Di awal pembangunan, keunikan terjadi di proses mendirikan kayu sebagai tiang utama masjid. Awalnya, disiapkan dengan cara diberi pengait tali dari kulit bambu kemudian ditarik beramai-ramai.

"Waktu itu abah berpikir sepertinya tidak mungkin karena kayunya sangat besar. Proses membawa dari hutan ke atas pondok juga tidak mudah," katanya.

Pemangku daerah dan masyarakat sekitar juga memadati lokasi masjid karena penasaran dengan cara mendirikan tiang utamanya. Sebelum hari H pembangunan, abah mencoba menariknya sendirian. Anehnya, saat tali yang terbuat dari kulit bambu tersebut saya tarik, tiang utama sebesar itu bisa berdiri. Jelas tidak ada lain lagi, semua berkat bantuan Allah.

Pendirian masjid tersebut laniut Gus Naja tidak sekadar didasarkan pada keindahan arsitektur, tetapi juga makna filosofis bangunan. 

Untuk satu tiang penyangga misalnya, mengandung makna ketauhidan. Artinya setiap orang yang beribadah di masjid harus fokus pada satu tujuan, yakni Allah SWT. 

Tiang setinggi 27 meter adalah simbol Nabi Muhammad ketika isro’ dan mi’roj, yakni pada 27 Bulan Rajab. Selain satu tiang utama di bagian tengah, ada delapan tiang penunjang di bagian luar. Menyimbolkan sembilan wali, ulama yang menyebarkan bahwa agama Islam ke Indonesia. 

Sedangkan bentuk bangunan masjid satu tiang juga memiliki lima pintu utama. Kelima pintu masjid tersebut sebagai simbol bahwa Nabi Muhammad menerima kewajiban ibadah salat sehari semalam sebanyak lima kali. [ali/col]