Tak Perlu Malu Ceritakan Masalah Kesehatan Mental, Ini Saran Psikolog

Reporter:--

blokTuban.com - Banyak yang sungkan menceritakan masalah kesehatan mental karena khawatir cap negatif. Psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia (UI), Mega Tala Harimukthi, mengatakan orang boleh-boleh saja menceritakan masalah kesehatan mental kepada orang lain yang dipercaya.

"Boleh menceritakan ke orang lain yang dipercaya dan yang mereka nyaman. Biasanya enggak mudah juga buat mereka mau dan bisa terbuka," ujarnya.

Hal senada diungkapkan psikolog klinis dewasa dari Yayasan Pulih, Nirmala Ika. Menurutnya, masalah mental, misalnya depresi, bukan sesuatu yang memalukan untuk diceritakan kepada orang lain. Apalagi bila cerita yang disampaikan sebenarnya bisa membantu banyak orang untuk memahami kondisi penderita.

"Banyak klien saya akhirnya bisa membantu teman-temannya untuk menyadari mereka memiliki masalah emosional dan mulai mencari bantuan sehingga dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik," tutur Ika.

Selain itu, menceritakan gangguan mental yang dihadapi sebenarnya bisa menjadi cara untuk menunjukkan penderita butuh sistem dukungan lingkungan atau sekedar menunjukkan sedang depresi namun bisa kembali memiliki kehidupan normal seperti orang pada umumnya.

"Alasan lain mau menunjukkan bahwa struggle is real, jadi walaupun pernah depresi mereka bisa kembali punya kehidupan normal. Apalagi kalau masa-masa gelap sudah lewat," kata Tala.

Di lain sisi, tak menutup kemungkinan orang dengan masalah mental meminta belas kasih orang-orang tertentu yang diharapkan hadir dalam hidup. Tetapi, ini tergantung masing-masing individu. Tala mengatakan mereka yang tergolong generasi Z cenderung mencari bantuan lebih cepat dan mampu mencari informasi terkait kondisi diri melalui sumber-sumber kesehatan di media. Hanya saja, ia mengingatkan untuk berhati-hati memilih orang untuk dicurhati agar justru tak berakhir dengan menyepelekan masalah mental penderita dan memicu kekambuhan kondisi yang sebetulnya sudah membaik.

"Biasanya orang akan mudah bercerita saat merasa nyaman dengan lawan bicara. Apalagi untuk masalah kesehatan mental. Saat cerita pasti dia menyelipkan harapan agar lawan bicara bisa memahami kondisi dia," ujar Tala. [lis]

Sumber: tempo.co