Barongsai di Tengah Pandemi, Sepi Pesanan dan Undangan Pentas

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Selama pandemi Covid-19 sejak Maret 2020, pelaku seni Barongsai Putra Ronggolawe di Dusun Penebusan, Desa Kepohagung, Kecamatan Plumpang, Tuban sepi undangan pentas.

Selain job sepi, pembuatan Barongsai yang berdiri sejak tahun 2000-an juga terdampak corona. Pemilik Barongsai, Kusma harus memutar otak untuk mengisi waktu longgar selama pandemi.

"Imlek tahun ini sepi tidak ada show atau pesanan Barongsai," ungkap Kusma kepada reporter blokTuban.com, Kamis (11/2/2021) siang.

Tahun lalu, Kusma mengaku masih mendapat pesanan 10-15 buah barongsai dari daerah Jombang, Mojokerto, Kalimantan, Solo, Lamongan, dan Gresik. Harga per satu barongsai kisaran Rp2,5 - 7 juta tergantung jenis bulu yang diminta. Barongsai dengan harga tinggi biasanya memakai bulu kambing.

"Kami berharap pandemi segera berakhir, sehingga pesanan ataupun undangan pentas kembali normal," imbuhnya.

Sementara salah satu pemain Barongsai, M. Sholeh selama pandemi terus giat berlatih bersama 30 orang satu timnya. Saat ini di Imlek 2021 sepi undangan dan pesanan.

Selain berlatih keras, untuk mengisi waktu luang, Sholeh bersama rekannya membersihkan dan membenahi alatnya. Tujuannya saat ada job langsung bisa digunakan.

"Kalau cuaca panas alat-alat dan baju kami jemur. Barongsai juga kami bersihkan dari debu," sambung pemuda yang ikut Barongsai sejak usia 18 tahun.

Terhitung sudah 11 tahun ia menggeluti Barongsai di Dusun Penebusan Kepojagung ini. Banyak suka duka yang telah dilalui, dan kunci untuk sukses harus mau berlatih keras.

"Yang membuat saya bertahan karena bisa menghibur dan melestarikan warisan budaya lokal dan Cina," bebernya.

Imlek di tengah pandemi terasa berat bagi Soleh. Tahun lalu masih ada 5-6 job pentas, dan tahun ini tidak ada sama sekali. Selain Tuban, job biasanya sering datang dari Bojonegoro, Lamongan maupun daerah sekitar.

Perlu diketahui, kru Barongsai Putra Ronggolawe latihan seminggu dua kali pada hari kamis dan minggu. Dari 30 orang terbagi menjadi 8 orang atau 4 pasang memegang Barongsai, 9 orang memainkan Liang Liong / naga, 6 orang memegang tambur atau alat musik dan sisanya cadangan.

Kru yang paling muda masih kelas 6 SD atau berusia 13 tahun. Sedangkan paling senior berusia 36 tahun. [ali/ono]