Penyintas Covid-19 Lamongan Jadi Pendonor Plasma Pertama di Tuban

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Khoirul Afandi (31) adalah pendonor plasma konvalesen pertama di PMI Kabupaten Tuban. Penyintas Covid-19 ini bukan warga Tuban, melainkan warga Dusun Cumpleng, Desa Brengkok, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan. 

Pria ini rela menjadi pendonor pertama di Kabupaten Tuban karena untuk kemanusiaan. Selain itu, jarak rumahnya lebih dekat ke PMI Tuban dibanding langsung ke Lamongan. Ditambah di PMI Lamongan belum memiliki alat pendukung donor plasma. 

Ayah dari satu anak ini dinyatakan sembuh dan keluar dari RS Suyudi Paciran Lamongan pada tanggal 2 Desember 2020. Selama 27 hari dia dirawat di rumah sakit, dan menjadi pasien terlama dirawat karena memiliki gejala berat. 

Gejala yang dirasakan semasa menjadi pasien Covid-19 seperti hilangnya daya penciuman dan perasa, demam, ngeflay, sakit kepala, dan sendi pegal-pegal. 

Didampingi istrinya, Hidayah (29), Khoirul tiba di PMI dan dijadwalkan donor plasma gratis pada Senin (28/12/2020) pukul 19.00 WIB. Suasana di ruang donor penuh canda tawa dan terjalin komunikasi aktif antara pendonor dan petugas PMI. 

"Alhamdulillah saya sembuh dari virus Covid-19 dan tidak ada salahnya menolong sesama yang membutuhkan. Di rumah sakit masih banyak pasien corona semoga plasma saya bermanfaat," ucap Khoirul kepada blokTuban.com disela proses donor. 

Donor plasma menurut Khoirul tidak sakit. Ada rasa sedikit nyeri saat darah dikembalikan ke dalam tubuhnya. Dengan memegang bola kecil, jari-jari Khoirul diminta terus digerakkan untuk memperlancar aliran darah. 

Penyintas Covid-19 yang bekerja di bidang Migas sejak 2015 ini memiliki berat badan (Bb) 103 Kilogram (Kg), sehingga plasma yang akan ambil sekitar 1 liter atau 15 persen dari Bb pendonor. Akan tetapi, pimpinan PMI hanya menyetujui untuk pengambilan 650 Cc plasma. 

Istri Khoirul, Hidayah bersyukur karena suaminya telah sembuh dari panyakit Corona. Selama masa perawatan keluarganya terus memotivasi dan berdoa supaya lekas pulih. 

"Tiap hari saya kirimi makanan, parutan jahe, dan pakaian. Parutan jahe itulah yang sedikit demi sedikit memulihkan penciuman dan kondisi suami," sambungnya. 

Ketika kangen dengan suami, Hidayah dan anaknya video call ke Khoirul. Sekaligus memantau jam makan suaminya dengan teratur. Komunikasi aktif ini juga memberi energi positif supaya cepat sembuh. 

Sementara itu, Humas PMI Kabupaten Tuban, Sarju Efendi menjelaskan bahwa donor plasma ini menjadi kebutuhan mendesak di Indonesia. Belum ada obat atau vaksin yang bisa menyembuhkan pasien corona. 

Salah satu upaya penyembuhan pandemi yaitu dengan terapi plasma dari penyintas corona yang telah sembuh. Harapan Sarju dengan adanya donor plasma pertama di PMI, bisa memotivasi penyintas Corona di Kabupaten Tuban. 

"Donor plasma ini memakai sistem pengambilan darah lengkap dari lengan pendonor, dan dimasukkan ke alat dengan pemutaran cepat untuk memisahkan plasma," tuturnya. 

Sarju menambahkan, pendonor asal Lamongan ini bisa kembali 2 minggu lagi atau 14 hari setelah donor. Donor plasma sendiri memakan waktu 45 menit sampai 1 jam. 

Plasma yang terkumpul sebanyak 650 cc setiap pendonor akan diolah menjadi beku dan dijadikan 3 komponen. Pendonor Khoirul memiliki golongan darah O dan sudah dipesan oleh RSUD dr. R. Koesma Tuban. Saat ini RSUD membutuhkan plasma golongan darah A, B dan O. [ali/col]